Jumat, 21 Oktober 2011

Uang adalah Hamba yang Baik tapi Tuan yang Jahat

"Kekayaan tidak sepenuhnya adalah jaminan Kebahagiaan"

Apa Arti Kekayaan ?


“Apakah orang Kristen boleh kaya?”
Jawaban yang saya yakini saat ini adalah:
"Orang Kristen sudah seharusnya dan harus berjuang terus untuk menjadi kaya.” 
Tolong jangan salah paham dan menelan pernyataan saya tersebut mentah-mentah


Apa Itu Kekayaan?
Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang sangat mendasar yang harus dijawab terlebih dahulu. Jawaban dari pertanyaan: “Apakah orang Kristen boleh kaya?” akan sangat bergantung pada definisi “kekayaan” bagimu.
Umumnya, orang akan mendefinisikan kekayaan berdasarkan banyaknya harta materi atau uang yang dia miliki. Majalah Forbes menyatakan seseorang disebut kaya jika memiliki penghasilan lebih dari 1 juta US$ per tahun. Ada lagi paham lain yang menyatakan seorang disebut kaya jika dia sudah mempunyai passive income yang lebih besar daripada pengeluarannya. Kekayaan seringkali diidentikkan dengan kebebasan finansial.
Mari saya beritahu satu hal, kawan… Kekayaan jauh lebih berharga dari sekedar mempunyai banyak uang.

Bagi saya, kekayaan lebih adalah mengenai “hubungan” daripada “uang”. Definisi kekayaan saya adalah terjalinnya hubungan yang baik antara saya dengan Tuhan, keluarga, dan sesama saya. Semakin erat hubungan saya dengan Tuhan, keluarga, dan sesama, maka semakin kaya saya.


Tapi Bukankah Kita Juga Butuh Uang!?
Ya, saya mengakui, seringkali uang dibutuhkan untuk membuat hubungan saya dengan Tuhan, keluarga, dan sesama menjadi semakin erat. Uang dibutuhkan untuk menghidupi diri saya dan keluarga saya. Uang dibutuhkan untuk membantu sesama kita yang kesulitan finansial. Uang dibutuhkan para hamba Tuhan yang memberitakan Injil. Uang dibutuhkan untuk membangun tempat-tempat ibadah.
Tapi, intinya, uang bukanlah tujuan akhirnya. Uang hanyalah alat yang dapat saya gunakan untuk membangun hubungan saya dengan Tuhan, keluarga, dan sesama menjadi lebih baik lagi.  


Jika uang itu dapat digunakan untuk mendekatkan diri pada Tuhan, uang menjadi hal yang baik.
Lihat, inilah hal yang seringkali membuat orang-orang sulit mengaitkan uang, kekayaan, dan spiritualitas. Itu adalah karena mereka menetapkan dua tujuan dalam satu waktu. Tujuan pertama adalah kaya secara rohani. Dan tujuan kedua adalah kaya secara finansial. Apakah keduanya bisa tercapai dalam satu waktu? Belum tentu…
Banyak orang yang seolah memaksa Tuhan untuk menjadikannya kaya secara finansial agar dia dapat menjadi berkat bagi banyak orang. Mereka berpikir, jika mereka kaya secara finansial, barulah mereka dapat menjadi berkat. Ini adalah pemikiran yang terbalik! Justru, menjadi berkat haruslah dilakukan bahkan jika kita tidak kaya secara finansial. Dan, kalau Tuhan menganugerahkan kekayaan finansial kepada kita, kita harus mengucap syukur dan terus menjadi berkat bagi orang lain. Tidak ada kewajiban Tuhan untuk menjadikan kita kaya secara finansial.
Jadi, mungkinkah kita kaya secara rohani dan kaya secara finansial juga? Saya percaya, ini mungkin! Tapi, kekayaan rohani haruslah yang jadi utama, dan kekayaan finansial kita gunakan untuk lebih memperkaya rohani kita. Ini bukanlah hal yang mudah (lihatlah betapa banyaknya orang yang jatuh secara rohani karena kekayaan finansial). Itulah sebabnya Allah benar-benar memilih setiap dari kita yang sudah siap untuk itu.


Orang Salehlah yang Justru Diuji Tuhan
Banyak paham teologi sukses mengatakan, orang yang saleh akan lepas dari kesulitan. Allah akan memberikan kesuksesan dan kelimpahan terus menerus bagi orang yang taat kepada-Nya. Sungguhkah seperti itu? Jika kita dengan teliti membaca Alkitab, kita seharusnya sudah tahu jawabannya adalah tidak. Justru sebaliknya… Orang salehlah yang justru diuji Tuhan.
Di kitab Kejadian, kita melihat Tuhan menguji iman Abraham dengan memintanya mempersembahkan anaknya, Ishak. Di kitab Ayub, kita melihat Tuhan justru yang berkata pertama kali kepada Iblis tentang Ayub yang begitu saleh. Dan, Tuhan juga yang mengizinkan Iblis untuk mencobai Ayub.
Mengapa Allah mengizinkan Iblis mencobai Ayub? Pada akhirnya, Allah menganugerahi Ayub harta berkali-kali lipat dibandingkan hartanya sebelumnya. Tapi, mengapa Ayub perlu mengalami penderitaan sebelum mendapatkan anugerah Allah tersebut? Itu karena Allah menginginkan Ayub betul-betul sangat amat kaya secara rohani sebelum dia akhirnya kaya juga secara finansial.

Orang yang belum kaya secara rohani sangat berbahaya jika kaya secara finansial. Kekayaan finansial akan membuat kebebasan kita bertambah besar. Dan, kebebasan yang bertambah besar akan sangat berbahaya jika kita belum bisa bertanggung jawab. 

Bayangkan Anda membiarkan anak Anda yang masih balita mengendarai mobil Anda. Bukankah itu akan menjadi sebuah bencana? Begitu pula, uang di tangan orang-orang yang belum kaya secara rohani akan menjadi bencana bagi dirinya dan orang lain.
Tapi, kalau mobil itu dikendarai oleh kita yang sudah tahu bagaimana cara mengendarainya, bagaimana peraturan yang harus diikuti, bagaimana etika yang ada di jalan raya… Mobil akan menjadi hal yang baik. Mobil akan mempercepat kita sampai pada tujuan. Uang di tangan orang-orang yang sudah kaya secara rohani akan membuat mereka semakin kaya secara rohani.
Inilah mengapa Allah memperkaya Ayub secara rohani terlebih dahulu. Pada awalnya, Ayub memang sudah kaya rohani. Tapi, setelah mengalami sederetan cobaan Iblis, Ayub menjadi sangat-sangat-sangat kaya secara rohani.
Ayub 42:5 mengatakan, “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.”
Lihatlah perbedaan kekayaan rohani Ayub sebelum dan sesudah dia dicobai. Sebelumnya, Ayub hanya mendengar dari orang saja tentang Allah, tetapi sekarang matanya sendiri memandang Allah. Ayub merasakan sendiri kuasa Allah di dalam hidupnya.


Kekayaan Sejati
Jadi kawan, kekayaan sejati bukanlah kekayaan finansial. Banyak orang yang kaya secara finansial yang tidak bahagia. Kekayaan yang sejati adalah kekayaan hubungan. Hubungan yang kaya dengan Tuhan, dan hubungan yang kaya dengan sesama kita.
Kekayaan finansial akan menjadi baik hanya jika kekayaan finansial itu semakin memperkaya hubungan kita dengan Tuhan dan sesama.
Kawan, kejarlah kekayaan sejati terlebih dahulu. Dan Tuhan akan menganugerahkanmu kekayaan finansial, jika Allah berkenan memberikannya dan kita sudah siap menerimanya.
Kejarlah apa yang mendamaikan hatimu. Itulah yang diinginkan Tuhan. Kejarlah kekayaan finansial hanya jika kamu sudah mencapai level mengejar kekayaan finansial itu mendamaikan hatimu. Dan, saya percaya, saat mengejar kekayaan finansial mendamaikan hati kita, kita telah kaya secara rohani. Maka kita pasti akan menggunakan kekayaan finansial itu untuk lebih memperkaya hubungan kita dengan Tuhan dan sesama, menjadi seorang yang lebih rendah hati, dan menjadi lebih banyak berkat dengan menolong lebih banyak orang yang membutuhkan di sekitar kita.


MAKSUD BERKAT KEKAYAAN
Kita banyak menjumpai orang-orang kaya dan terkenal, sepertinya tidak lagi ada kesusahan dalam hidupnya. Tetapi kemudian kita mendapati mereka tidak dapat menikmati hidupnya karena takut bangkrut, atau mengalami kecemasan-kecemasan lainnya. Ada banyak juga orang punya jabatan, tetapi sebentar saja namanya tidak disebut orang lagi; banyak orang terkenal yang selalu disanjung-sanjung orang, akhirnya mati bunuh diri. Sia-sia sekali keadaan tersebut.
Jika kita memiliki harta, maka kita harus minta kuasa untuk dapat menikmatinya. Ada orang yang diberi harta oleh Tuhan tetapi tidak bisa menikmatinya. Kita berusaha tapi jangan mengejar kekuasaan atau harta sebab kenyataannya banyak orang yang menderita karena harta. Manusia juga jika mati tidak membawa harta. Mintalah kepada Tuhan agar kita dapat menguasai diri untuk menikmati berkatNya.
Pengkhotbah 6:1,2
6:1 Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia:
6:2 orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit.
Jika kita diijinkan untuk memiliki kekayaan, kita harus sadar bahwa semuanya karena anugerah Allah saja. Sebab bagi umat Tuhan, harta dunia, apapun bentuknya, bukanlah tujuan akhir hidup ini.
Yakobus 2:5
Dengarkanlah, hai saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia?
Kekayaan yang datang dari Tuhan, dapat dinikmati sebagai karunia :
Pengkhotbah 5:17-18
5:17 Lihatlah, yang kuanggap baik dan tepat ialah, kalau orang makan minum dan bersenang-senang dalam segala usaha yang dilakukan dengan jerih payah di bawah matahari selama hidup yang pendek, yang dikaruniakan Allah kepadanya, sebab itulah bahagiannya.
5-18 Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya--juga itupun karunia Allah.






Dengan cara apa dan bagaimanakah kekayaan diperoleh? 
Dan sudah digunakan untuk apa saja?



Kekayaan yang diperoleh dengan jalan yang keliru, dan juga tidak dimanfaatkan dengan benar akan berujung pada kesia-siaan. Seorang filsuf terkenal bernama Aristoteles pernah mengatakan bahwa setiap warga negara harus diperkenankan untuk memiliki harta dan kekayaan pribadi. Tapi yang dipersoalkan Aristoteles adalah dengan cara bagaimanakah kekayaan itu diperoleh? Apakah upaya untuk memperoleh kekayaan itu sesuatu yang alami atau tidak? Apakah upaya memperolehnya sesuai dengan kodrat atau tidak? Lalu pertanyaan selanjutnya kita munculkan, apakah kekayaan yang diperoleh sudah dimanfaatkan dengan sebaik mungkin?
Di dunia ini banyak sekali orang kaya. Orang kaya sudah berganti-ganti sepanjang sejarah umat manusia. Tapi faktanya juga adalah bahwa orang miskin masih sangat jauh lebih banyak dibanding mereka yang kaya. Dari sejak dulu manusia-manusia paling kaya di dunia sudah bermunculan. Lalu siapa manusia paling kaya yang pernah hidup dan kekayaannya tercatat? Mungkin ada yang bilang tentu saja Raja Salomo atau Raja Daud, tapi menurut beberapa catatan bahwa Rameses II, yang sekarang rangka dan patungnya menjadi tontonan di Museum Kairo dan pernah dipajang di iklan rokok, adalah pernah menjadi manusia terkaya yang dijuluki “miliuner sepuluh kali lipat.” Ford, Rockefeller, Croesus tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan “kegemilangan matahari terbenam dari dinasti kerajaan di Mesir” ini.
Firaun yang paling terkenal ini menaklukkan seluruh raja dari Nubia hingga Suriah dan mengambil upeti yang besar dari mereka. Ia mengeksploitasi tambang emas Nubia demi kantungnya atau orang Manado bilang popoji-nya sendiri selama kurun waktu 67 tahun.
Lalu siapa manusia berpendapatan terbanyak pertahun? Upah terbanyak yang pernah diterima oleh siapa pun adalah upah almarhum Franz Joseph I, seorang Kaisar Austria. Jumlahnya mencapai $4.412.000 atau 22.060.000 Kronen per tahunnya. Itu barulah upahnya, belum termasuk pendapatan-pendapatan dari sumber lain. Seumur hidupnya, Franz Josef berhasil menarik $274.600.000 dari negara Austria. Jumlah tersebut adalah lebih banyak 25 kali lipat daripada upah gabungan seluruh Presiden Amerika Serikat yang pernah ada.
Nah, kalau masa kini kira-kira siapakah orang paling kaya? Memang benar ada Carlos Slim, Bill Gates, dan Warren Buffet. Tapi pernahkah terpikir tentang seorang bernama Muammar Khadafi? Seseorang yang telah memunculkan ‘citra’ baru di negara yang dipimpinnya. Bahwa Khadafi adalah Libya, tapi Libya juga adalah Khadafi. Negara itu seakan-akan adalah miliknya. Tidak boleh ada seorang pun yang menentangnya atau berbicara tentang demokrasi di negaranya itu.
Seperti apa sesungguhnya kekayaan Khadafi ini? Memang ada banyak versi tentang kekayaan Khadafi. Mari kita lihat beberapa di antaranya. Koran Belanda De Volkskrant dengan Rp.729,4 triliun. Serta 40 Miliar USD atau sekitar Rp. 352,7 triliun kekayaan tersebut ada di bumi Libya.
Khadafi mempunyai sejumlah saham di Belanda, diantaranya adalah di perusahaan minyak Tamoil. Perusahaan ini memiliki 160 SPBU yang tersebar di kota-kota di negara Belanda. Tamoil meraih laba bersih 26 Juta Euro di tahun 2009 lalu.
The Guardian menyebutkan bahwa kekayaan Khadafi mencapai 61,8 Miliar Poundsterling atau setara dengan Rp.876,6 triliun dalam bentuk asset yang tersebar di seluruh dunia. Sementara WikiLeaks menulis bahwa Khadafi mengontrol asset likuid, artinya bisa dipergunakan kapan saja ia mau senilai 32 miliar USD (200-an triluan lebih). Khadafi itu luar biasa kaya. Hasil yang diperoleh selama menjadi diktator di Libya, dalam kurun waktu 42 tahun.
Tidak hanya itu, menurut catatan juga adalah bahwa khadafi ternyata memiliki saham di bank terbesar di Italy yaitu Unicredit. Ia juga punya saham di pabrik peralatan perang Finmeccanica. Masih belum cukup, keluarga Khadafi ternyata juga memiliki saham di salah satu klub sepakbola raksasa di Italy, Juventus. Cakarnya menggurita kemana-mana dan kekayaannya terus menumpuk.Bisa jadi, ia orang paling kaya di dunia ketika masih di tampuk kekuasaannya.
Pertanyaan yang kembali muncul, apa gunanya kekayaannya itu ketika ia sendiri akhirnya tidak merasakannya dan menikmatinya secara normal, wajar, dan langgeng? Ia yang begitu kaya akhirnya harus “menikmati” peperangan demi peperangan yang berupaya menggulingkan kekuasaannya. Ia kemudian kalah dan terusir. Di tengah-tengah kegemilangan kekayaannya yang menumpuk—bayangkan saja ratusan triliun!— tapi harus lari ke sana-sini demi menyelamatkan diri. Hidup di goa dan gorong-gorong bawah tanah supaya tidak tertangkap. Hidup seperti hewan tanah yang bersembunyi di lobang-lobang bawah tanah. Kebahagiaan apalagi yang mau dikecap kalau sudah begitu keadaannya? Merana di tengah harta yang melimpah. Kaya tapi miskin. Kaya harta miskin kebebasan. Tidak lagi ada freedom to live.Saya tidak ingin membahasnya dari segi politik, tapi dari sudut pandang yang lain. Bahwa ada pelajaran berharga bagi semua kita yang berprinsip menimbun kekayaan sebanyak-banyaknya. Apalagi kalau itu diperoleh dengan jalan yang tidak benar. Ingatlah bahwa itu semua hanya sementara. Tidaklah kekal dan abadi.
Puncaknya adalah ia harus mati terbunuh. Kekayaannya tidak mungkin lagi ia bawa mati. Triliunan hartanya boleh saja membuat kuburannya menjadi yang termegah di dunia. Terbuat dari emas, intan, dan permata. Tapi semuanya sia-sia, ia tidak bisa lagi menikmatinya. Itu pun kalau harta melimpahnya tidak diambil alih oleh negara. Kita jadi kembali teringat apa yang dikatakan Aristoteles tentang bagaimanakah cara harta kekayaan itu diperoleh? Lalu kita bertanya apa yang sudah dilakukan dengan harta kekayaan yang diperoleh itu? Ketika Tuhan menitipkan kekayaan melimpah kepada kita, tentu IA juga meminta pertanggungjawaban kita atas titipannya itu. Yang pasti, kalau kekayaan itu diperoleh dengan jalan tidak benar, itu tentu bukan titipan Allah, tapi kita merampok, mencuri, mengorupsinya.


Benarkah ujar-ujar orang tua dulu bahwa semakin kaya maka semakin menderita?
Ukuran kaya menurut Allah tidak seperti ukuran manusia,........
Tuhan tidak melarang kekayaan.....Tuhan mengajar agar anak-anaknya mencari dahulu jenis-jenis kekayaan yang bisa dibawa kedalam kekekalan.





Matius 6:19-20
6:19 "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.
6:20 Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.
Allah tidak mengajarkan kita untuk mengejar kekayaan duniawi. Allah akan memberkati keperluan kita menurut kekayaan dan kemuliaanNya. Kekayaan adalah berkat Tuhan semata :
Filipi. 4:19
Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.
Amsal 10:22
Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.


MAKSUD BERKAT KEKAYAAN
Kita banyak menjumpai orang-orang kaya dan terkenal, sepertinya tidak lagi ada kesusahan dalam hidupnya. Tetapi kemudian kita mendapati mereka tidak dapat menikmati hidupnya karena takut bangkrut, atau mengalami kecemasan-kecemasan lainnya. Ada banyak juga orang punya jabatan, tetapi sebentar saja namanya tidak disebut orang lagi; banyak orang terkenal yang selalu disanjung-sanjung orang, akhirnya mati bunuh diri. Sia-sia sekali keadaan tersebut.
Jika kita memiliki harta, maka kita harus minta kuasa untuk dapat menikmatinya. Ada orang yang diberi harta oleh Tuhan tetapi tidak bisa menikmatinya. Kita berusaha tapi jangan mengejar kekuasaan atau harta sebab kenyataannya banyak orang yang menderita karena harta. Manusia juga jika mati tidak membawa harta. Mintalah kepada Tuhan agar kita dapat menguasai diri untuk menikmati berkatNya.
Pengkhotbah 6:1,2
6:1 Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia:
6:2 orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit.
Jika kita diijinkan untuk memiliki kekayaan, kita harus sadar bahwa semuanya karena anugerah Allah saja. Sebab bagi umat Tuhan, harta dunia, apapun bentuknya, bukanlah tujuan akhir hidup ini.
Yakobus 2:5
Dengarkanlah, hai saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia?
Kekayaan yang datang dari Tuhan, dapat dinikmati sebagai karunia :
Pengkhotbah 5:17-18
5:17 Lihatlah, yang kuanggap baik dan tepat ialah, kalau orang makan minum dan bersenang-senang dalam segala usaha yang dilakukan dengan jerih payah di bawah matahari selama hidup yang pendek, yang dikaruniakan Allah kepadanya, sebab itulah bahagiannya.
5-18 Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya--juga itupun karunia Allah.


Alkitab banyak sekali memperingatkan kita akan bahaya dari kekayaan atau keinginan untuk menjadi kaya secara jasmani. Seringkali harta adalah penyebab kejatuhan manusia!

 Sebagai berikut :
Mat. 6:21 / Luk. 12:34
Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.
Ulangan 6:10-12
6:10 Maka apabila TUHAN, Allahmu, telah membawa engkau masuk ke negeri yang dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepadamu--kota-kota yang besar dan baik, yang tidak kaudirikan;
6:11 rumah-rumah, penuh berisi berbagai-bagai barang baik, yang tidak kauisi; sumur-sumur yang tidak kaugali; kebun-kebun anggur dan kebun-kebun zaitun, yang tidak kautanami--dan apabila engkau sudah makan dan menjadi kenyang,
6:12 maka berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan.
Amsal 23:4-5
23:4 Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini.
23:5 Kalau engkau mengamat-amatinya, lenyaplah ia, karena tiba-tiba ia bersayap, lalu terbang ke angkasa seperti rajawali.
Pengkhotbah 5:9-16
5:9 Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia.
5:10 Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang-orang yang menghabiskannya. Dan apakah keuntungan pemiliknya selain dari pada melihatnya?
5:11 Enak tidurnya orang yang bekerja, baik ia makan sedikit maupun banyak; tetapi kekenyangan orang kaya sekali-kali tidak membiarkan dia tidur.
5:12 Ada kemalangan yang menyedihkan kulihat di bawah matahari: kekayaan yang disimpan oleh pemiliknya menjadi kecelakaannya sendiri.
5:13 Dan kekayaan itu binasa oleh kemalangan, sehingga tak ada suatupun padanya untuk anaknya.
5:14 Sebagaimana ia keluar dari kandungan ibunya, demikian juga ia akan pergi, telanjang seperti ketika ia datang, dan tak diperolehnya dari jerih payahnya suatupun yang dapat dibawa dalam tangannya.
5:15 Inipun kemalangan yang menyedihkan. Sebagaimana ia datang, demikianpun ia akan pergi. Dan apakah keuntungan orang tadi yang telah berlelah-lelah menjaring angin?
5:16 Malah sepanjang umurnya ia berada dalam kegelapan dan kesedihan, mengalami banyak kesusahan, penderitaan dan kekesalan.
Yeremia 9:23-24
9:23 Beginilah firman TUHAN: "Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya,
9:24 tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN."
Yehezkiel 7:19
7:19 Perak mereka akan dicampakkan ke luar dan emas mereka akan dianggap cemar. Emas dan peraknya tidak akan dapat menyelamatkan mereka pada hari kemurkaan TUHAN. Mereka tidak akan kenyang karenanya dan perut mereka tidak akan terisi dengannya. Sebab hal itu menjadi batu sandungan, yang menjatuhkan mereka ke dalam kesalahan.
Matius 6:19-24
6:19 "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.
6:20 Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.
6:21 Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.
6:22 Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu;
6:23 jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.
6:24 Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."
Matius 13:22,
Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.
Luk 6:24,
Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu.
Lukas 12:16-21
12:16 Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: "Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya.
12:17 Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku.
12:18 Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku.
12:19 Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!
12:20 Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?
12:21 Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."
Lukas 21:34-36
21:34 "Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat.
21:35 Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini.
21:36 Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia."
1 Timotius 6:6-10
6:6 Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.
6:7 Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar.
6:8 Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.
6:9 Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.
6:10 Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.
1 Timotius 6:17-19
6:17 Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati.
6:18 Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi
6:19 dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya.
Yakobus 1:9-11
1:9 Baiklah saudara yang berada dalam keadaan yang rendah bermegah karena kedudukannya yang tinggi,
1:10 dan orang kaya karena kedudukannya yang rendah sebab ia akan lenyap seperti bunga rumput.
1:11 Karena matahari terbit dengan panasnya yang terik dan melayukan rumput itu, sehingga gugurlah bunganya dan hilanglah semaraknya. Demikian jugalah halnya dengan orang kaya; di tengah-tengah segala usahanya ia akan lenyap.
Yakobus 5:1-3
5:1 Jadi sekarang hai kamu orang-orang kaya, menangislah dan merataplah atas sengsara yang akan menimpa kamu!
5:2 Kekayaanmu sudah busuk, dan pakaianmu telah dimakan ngengat!
5:3 Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kamu dan akan memakan dagingmu seperti api. Kamu telah mengumpulkan harta pada hari-hari yang sedang berakhir.
Menjadi kaya adalah suatu berkat, tetapi kita harus berhati-hati dalam menerima, mengelola dan memelihara kekayaan itu. Allah kita Allah yang baik dan menjanjikan kebutuhan jasmani yang cukup, maka janganlah kawatir akan kebutuhan materi :
Matius 6:25-34
6:25 "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?
6:26 Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?
6:27 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?
6:28 Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal,
6:29 namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.
6:30 Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?
6:31 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?
6:32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
6:34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
Salomo mengatakan bahwa kekayaan yang disimpan pemiliknya mendatangkan kecelakaan. Salomo sendiri mengalaminya, kekayaan dan kemasyuran Salomo tiada tertandingi tetapi dia tidak menikmatinya. Karena itu, pergunakanlah dengan sebaik-baiknya harta yang Tuhan berikan. Muliakanlah Allah dengan hartamu.
Pengkhotbah 5:11-12
5-11 Enak tidurnya orang yang bekerja, baik ia makan sedikit maupun banyak; tetapi kekenyangan orang kaya sekali-kali tidak membiarkan dia tidur.
5-12 Ada kemalangan yang menyedihkan kulihat di bawah matahari: kekayaan yang disimpan oleh pemiliknya menjadi kecelakaannya sendiri.
Orang yang cinta akan uang tidak akan pernah puas. Maka yang terutama adalah kejarlah harta surgawi yang membawa kebahagiaan dan hidup yang kekal :
Pengkhotbah 5:9-110
5-9 Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia.
5-10 Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang-orang yang menghabiskannya. Dan apakah keuntungan pemiliknya selain dari pada melihatnya?




TENTANG UANG
Dalam memenuhi kebutuhan hidup kita perlu uang, untuk kebutuhan rumah tangga, makan, pakaian, pendidikan, apapun kegiatan kita semuanya perlu dana. Untuk pemenuhannya Allah memerintahkan manusia untuk bekerja :
2 Tesalonika 3 : 10
... "jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan."
Amsal 6:6-11
6:6 Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak:
6:7 biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya,
6:8 ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen.
6:9 Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu?
6:10 "Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring" --
6:11 maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata.
Uang itu penting, tetapi lebih penting lagi bagaimana cara menggunakannya dengan baik. Dalam pelayanan pengabaran Injil tidak dipungkiri akan perlunya uang, setiap kegiatan dalam pelayanan bagi Tuhan memerlukan uang, pelayanan untuk orang miskin, yatim piatu, pendidikan, dan pekerjaan-pekerjaan sosial lainnya memerlukan uang. Orang sering enggan membicarakan soal uang dalam pekerjaan pelayanan bagi Tuhan. Namun hal ini sesungguhnya penting untuk dibicarakan dan penting untuk dimengerti.



 ESENSI UANG
Semua kegiatan kita, semua pelayanan pekerjaan Tuhan, pada kenyataannya juga membutuhkan uang. Alkitab menilai uang sebagai hal yang positif, sebagai nilai tukar yang praktis :
Ulangan 14:25
maka haruslah engkau menguangkannya dan membawa uang itu dalam bungkusan dan pergi ke tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu,
Yang negatif bukan uangnya melainkan sikap terhadap uang, yaitu "cinta-uang" yang bisa menjadi akar setiap kejahatan. Kita tidak boleh mengabdikan diri sebagai hamba uang dan menjadikannya "Mamon" atau berhala.
Matius 6:24
Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."
Yang salah pula, bila kita tamak dan mengandalkan uang lebih dari pada Allah
1 Timotius 6:17
Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati.


MAMON
Mamon berasal dari bahasa Aram "mamona" dan dalam bahasa Yunani disebut "mamonas" yang berarti keuntungan atau kekayaan. Maka setiap orang yang mencintai uang, dia sedang menyembah mamon.
Matius 6:24
Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."
Lukas 16:11
Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?


CINTA AKAN MAMON
Banyak sekali umat Tuhan bahkan yang sudah menjadi pelayan Tuhan tergelincir akan masalah ini, kita bahkan sering mendengar cerita buruk tentang banyak hamba Tuhan besar yang tidak beres dalam masalah uang. Bayak orang melakukan tindak kejahatan, merampok, mencuri, membunuh, menipu dan lain-lain, semata-mata karena uang :
1 Timotius 6:10-19
6:10 Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.
6:11 Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan.
6:12 Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi.
6:13 Di hadapan Allah yang memberikan hidup kepada segala sesuatu dan di hadapan Kristus Yesus yang telah mengikrarkan ikrar yang benar itu juga di muka Pontius Pilatus, kuserukan kepadamu:
6:14 Turutilah perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diri-Nya,
6:15 yaitu saat yang akan ditentukan oleh Penguasa yang satu-satunya dan yang penuh bahagia, Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan.
6:16 Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorangpun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Bagi-Nyalah hormat dan kuasa yang kekal! Amin.
6:17 Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati.
6:18 Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi
6:19 dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya.
"akar segala kejahatan ialah cinta uang" Uang seringkali menjadi faktor utama yang membuat orang mudah jatuh dalam dosa. Maka tidak heran kalau ada banyak orang kristen yang sinis jika berbicara soal uang, katanya itu "duniawi". Keinginan untuk menjadi kaya bisa membaw





Tentang Persembahan :  
Apakah Tuhan butuh uang?

Mengapa Allah memerintahkan kita memberikan persembahan untuk pekerjaanNya ? Bukankah Dia kaya dan berkuasa? tidak bisakah Allah secara langsung menyediakan kebutuhan-kebutuhan itu dengan cara yang ajaib, semudah membalik tangan? Tentu Allah bisa, tetapi Dia tidak mau. Allah suka bekerja sama dengan manusia, Allah tidak mau bekerja sendiri, Ia ingin melibatkan manusia untuk melakukan pekerjaannya. Salah satu contohnya , kita baca cerita dibawah ini :
Markus 6:35-44 :
6:35 Pada waktu hari sudah mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam.
6:36 Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung di sekitar ini."
6:37 Tetapi jawab-Nya: "Kamu harus memberi mereka makan!" Kata mereka kepada-Nya: "Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?"
6:38 Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!" Sesudah memeriksanya mereka berkata: "Lima roti dan dua ikan."
6:39 Lalu Ia menyuruh orang-orang itu, supaya semua duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau.
6:40 Maka duduklah mereka berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang.
6:41 Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua mereka.
6:42 Dan mereka semuanya makan sampai kenyang.
6:43 Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti dua belas bakul penuh, selain dari pada sisa-sisa ikan.
6:44 Yang ikut makan roti itu ada lima ribu orang laki-laki.
Untuk memberi makan 5000 orang laki-laki (belum termasuk wanita dan anak-anak), Yesus memerlukan persembahan dari apa yang kita punya, persembahan itu dari "seorang anak" dari persembahan yang sangat kecil ini, cuma "5 ketul roti dan 2 ekor ikan". Dan dari situ Yesus baru mau melakukan mujizat berkat yang sungguh besar. Tuhan selalu menggunakan campur tangan manusia : "berapa roti yang kamu punya?" Dalam memberikan berkat, Allah selalu meminta apa yang ada di tanganmu, apa yang ada di genggamanmu? Apakah yang harus kita lakukan ? berikanlah persembahan yang terbaik yang kita punya.
Allah suka kita terlibat dalam pekerjaanNya sebagai suatu maksud bahwa manusia adalah partner Allah atau rekan sekerja Allah, bukan sekedar ciptaanNya dan bertindak sebagai robot saja.
3.C. Persembahan sebagai tanda ketaatan & tanda kasih kepada Tuhan
Raja Daud sangat terkenal akan pengungkapan kasihnya kepada Tuhan yang banyak ditulisnya dengan indah dalam kitab Mazmur. Kecintaannya kepada Tuhan secara otomatis juga diwujudkan dalam pemberian persembahan yang penuh sukacita dan tulus.
1 Tawarikh . 29:9
Bangsa itu bersukacita karena kerelaan mereka masing-masing, sebab dengan tulus hati mereka memberikan persembahan sukarela kepada TUHAN; juga raja Daud sangat bersukacita.
1 Tawarikh. 29:17
Aku tahu, ya Allahku, bahwa Engkau adalah penguji hati dan berkenan kepada keikhlasan, maka akupun mempersembahkan semuanya itu dengan sukarela dan tulus ikhlas. Dan sekarang, umat-Mu yang hadir di sini telah kulihat memberikan persembahan sukarela kepada-Mu dengan sukacita.
Apabila kita benar-benar mengasihi, tentu kita tidak akan pernah memperhitungkan apa yang kita beri. Apabila kita mempunyai anak dan mencintainya, pernahkan kita menghitung-hitung berapa biaya makan, pakaian, pendidikan untuk anak-anak kita? Tentu tidak, bahkan kita memberi yang terbaik untuk mereka, membekali mereka untuk hari depan dengan hal yang terbaik yang kita punya.
Apakah engkau mengasihi Allah? Allah terlebih dahulu mengasihi kita. Dia telah memberikan bagianNya yang terbaik yang Dia punya. Pengorbanan Yesus Kristus yang membuahkan keselamatan yang kekal bagi manusia!


Pamrih dalam memberi persembahan
Secara tidak sadar banyak pengkotbah akhir-akhir ini membawa pola pikir jemaatnya untuk memberikan pesembahan kepada Tuhan supaya kita diberkati. Pengajaran di balik mimbar yang saat ini menggejala, dan cenderung menitik-beratkan pada berkat secara materi. Hal ini akan membawa jemaat pada pola pikir dan moral materialisme "berilah maka kau akan diberkati berlipat kali ganda" seperti ajakan salesman perusahaan dana investasi. Bahkan seperti menganggap Tuhan itu tidak beda dengan illah-illah lain yang memberikan rejeki. Ini bahkan memberhalakan Tuhan!
Saya mengharap anda tidak terlampau cepat merasa aman dan bebas dari bahaya penyembahan berhala, hanya karena anda tidak menyimpan satu patung pun dan menyembahnya. Tetapi ketika kita menganggap bahwa Allah hanya sebagai sumber berkat, kita memberhalakan Dia menjadi illah yang sama dengan kepercayaan lain, sama dengan patung-patung, sama dengan dewa ini dan dewi itu.
Kelihatannya benar walaupun para pengkotbah menggunakan banyak ayat-ayat yang mendukung yang diambil dari alkitab tentang pemberian persembahan supaya kita diberkati . Namun Allah adalah selalu menepati janjinya, tidak pernah ada janjinya yang tidak pernah ditepati :
Bilangan 23:19
"Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?"
Raja Salomo mengatakan bahwa
1 Raja-raja 8:56
"Terpujilah TUHAN yang memberikan tempat perhentian kepada umat-Nya Israel tepat seperti yang difirmankan-Nya; dari segala yang baik, yang telah dijanjikan-Nya dengan perantaraan Musa, hamba-Nya, tidak ada satupun yang tidak dipenuhi.
Tuhan tidak akan berbohong, ini adalah satu-satunya hal yang Tuhan tidak bisa lakukan, karena berbohong bukanlah sifat Tuhan. Apa yang telah difirmankanNya tidak akan ada yang tidak digenapi!
Tetapi bagaimana dengan manusia? Ada banyak tendensius dari manusia untuk memanfaatkan (to abuse) sifat Firman yang kekal ini. Manusia memberikan persembahan kepada Tuhan karena punya maksud "tidak mau miskin dan ingin selalu diberkati dengan berkelimpahan" namun dalam mempersembahkannya tidak dilakukan dengan tulus dan kasih. Ini tentu menyakiti hati Tuhan, ayat-ayat Alkitab yang sering dimanfaatkan untuk meraup rejeki, contohnya adalah :
Maleakhi 3:10-12
3:10 Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.
3:11 Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam.
3:12 Maka segala bangsa akan menyebut kamu berbahagia, sebab kamu ini akan menjadi negeri kesukaan, firman TUHAN semesta alam.
Amsal 3:9-10
3:9 Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu,
3:10 maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.
2 Korintus 9:6
Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.
Walaupun Tuhan berjanji demikian, namun janganlah kita memberikan persembahan kepada Tuhan atas dasar pamrih supaya diberkati lebih ; "kalau aku memberi perpuluhan maka Allah akan membuka tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadaku sampai berkelimpahan" Ini jelas perbuatan jahat dimata Tuhan.
Tidak salah apabila jemaat diajar "berilah maka engkau akan diberi". Tidak salah mereka diajar dalam hal "perpuluhan yang mendatangkan berkat berlimpah" Tetapi hendaknya hal itu diimbangi dengan pengajaran pembentukan hati yang berkenan kepada Tuhan. Sehingga ketika mereka memberi, mereka memberi dengan hati yang mengasihi, bukan dengan tujuan untuk mendapat imbalan dari apa yang diberikannya. Penonjolan berkat jasmani dijadikan suatu bukti bahwa Allah mengasihi kita. Itu adalah penonjolan yang keliru. Maka secara tidak sengaja, jemaat digiring pada kehidupan yang materialisme. Jemaat yang kaya, merasa lebih diberkati dibandingkan jemaat yang miskin.
Saya percaya bahwa ada pahala/ reward untuk setiap ketaatan yang tulus dalam pemberian persembahan yang kita berikan kepada Tuhan, asalkan kita melakukan dan memberikan dengan motivasi yang benar. Berilah persembahan itu karena engkau benar-benar mengasihi Tuhan dengan tujuan untuk memuliakan Tuhan semata. Sedangkan ketaatan dengan motivasi adalah sebuah egoisme ; mau memberi persembahan karena yakin betul Allah akan memberkati dengan berlipat kali ganda. Berikan persembahan itu karena engkau mengasihi Tuhan, titik!
Yohanes 14:15
14:15 "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.
1 Korintus 10:31
Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.
Marilah kita pelajari kisah Ananias dan Safira :
Kisah Para Rasul 5 : 1-11
5:1 Ada seorang lain yang bernama Ananias. Ia beserta isterinya Safira menjual sebidang tanah.
5:2 Dengan setahu isterinya ia menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lain dibawa dan diletakkannya di depan kaki rasul-rasul.
5:3 Tetapi Petrus berkata: "Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu?
5:4 Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah."
5:5 Ketika mendengar perkataan itu rebahlah Ananias dan putuslah nyawanya. Maka sangatlah ketakutan semua orang yang mendengar hal itu.
5:6 Lalu datanglah beberapa orang muda; mereka mengapani mayat itu, mengusungnya ke luar dan pergi menguburnya.
5:7 Kira-kira tiga jam kemudian masuklah isteri Ananias, tetapi ia tidak tahu apa yang telah terjadi.
5:8 Kata Petrus kepadanya: "Katakanlah kepadaku, dengan harga sekiankah tanah itu kamu jual?" Jawab perempuan itu: "Betul sekian."
5:9 Kata Petrus: "Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan? Lihatlah, orang-orang yang baru mengubur suamimu berdiri di depan pintu dan mereka akan mengusung engkau juga ke luar."
5:10 Lalu rebahlah perempuan itu seketika itu juga di depan kaki Petrus dan putuslah nyawanya. Ketika orang-orang muda itu masuk, mereka mendapati dia sudah mati, lalu mereka mengusungnya ke luar dan menguburnya di samping suaminya.
5:11 Maka sangat ketakutanlah seluruh jemaat dan semua orang yang mendengar hal itu.
Apa yang menyebabkan mereka mati? Mereka memberi persembahan dengan pamrih. Untuk dipuji manusia bahwa mereka sungguh mengasihi Tuhan. Seolah-olah mereka telah mempersembahkan seluruh hasil penjualan tanah untuk pekerjaan Tuhan. Seolah-olah mereka yang paling mengasihi Tuhan.
Tuhan tidak mempersoalkan berapa besar jumlah persembahannya, tetapi memperhatikan maksud persembahan itu. Apakah persembahan itu diberi dengan hati yang tulus atau bukan. Maka berhati-hatilah dalam memberikan peresembahan, lakukan semua dengan kerelaan hati dan dengan kemampuan yang kita punya.


Tentang Perpuluhan
Ada banyak perselisihan pendapat tentang perpuluhan, banyak diskusi yang membahas tentang pro-kontra perpuluhan dan sering dibahas oleh kita orang-orang Kristen. Saya ingin menjawabnya dengan apa yang tertulis dalam Alkitab :


1. Di dalam perjanjian lama :
Perpuluhan bukan hak manusia, dan itu mutlak :
Imamat 27:30-33
27:30 Demikian juga segala persembahan persepuluhan dari tanah, baik dari hasil benih di tanah maupun dari buah pohon-pohonan, adalah milik TUHAN; itulah persembahan kudus bagi TUHAN.
27:31 Tetapi jikalau seseorang mau menebus juga sebagian dari persembahan persepuluhannya itu, maka ia harus menambah seperlima.
27:32 Mengenai segala persembahan persepuluhan dari lembu sapi atau kambing domba, maka dari segala yang lewat dari bawah tongkat gembala waktu dihitung, setiap yang kesepuluh harus menjadi persembahan kudus bagi TUHAN.
27:33 Janganlah dipilih-pilih mana yang baik dan mana yang buruk, dan janganlah ditukar; jikalau orang menukarnya juga, maka baik hewan itu maupun tukarnya haruslah kudus dan tidak boleh ditebus."
Karena perpuluhan adalah milik Tuhan, maka jika kita tidak memberikannya sama dengan merampas milik Allah, seperti disebutkan dalam :
Maleakhi 3:8
Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?" Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus!


2. Di dalam perjanjian baru :
Yesus tidak pernah secara spesifik mengajarkan tentang perpuluhan, malahan Yesus mengajarkan bahwa seluruh apa yang kita punya harus dipersembahkan, bukan cuma sepersepuluhnya ! :
Matius 19:21-24
19:21 Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."
19:22 Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.
19:23 Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
19:24 Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah."
Tentang persembahan, Tuhan Yesus mengajar sesuatu yang sangat menarik :
Markus 12:41-44
12:41 Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar.
12:42 Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit.
12:43 Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan.
12:44 Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya."
Gereja Tuhan seringkali hanya mengajarkan bagaimana mempersembahkan 10% dari berkat Tuhan, sedangkan gereja tidak pernah mengajarkan bagaimana menggunakan yang 90%. Ada banyak pengertian yang sudah mengakar dihati kita bahwa persembahan cukup dengan perpuluhan 10 % buat Tuhan, sisanya punya saya!
Saya pernah mendengar cerita dari seorang ibu, yang sangat kecewa kepada saudaranya yang menjadi majelis di suatu Gereja. Ketika ibu ini memohon belas kasihan meminjam uang dari saudaranya, untuk membayar biaya rumah sakit anaknya. Saudaranya ini menolak dengan alasan uang yang dia punya sekarang ini untuk bayar perpuluhan di Gereja, karena ini adalah milik Tuhan maka saudaranya itu tidak mau memberikannya dan lebih taat kepada ketentuan akan pembayaran perpuluhan, maka dengan hati yang sedih dan kecewa Ibu ini keluar dari rumah saudaranya dan mencari bantuan dari orang lain.
Apabila kita dihadapkan kepada kasus ini, apakah yang harus kita perbuat? Kalau memberi pinjaman artinya tidak bayar perpuluhan. Jawabannya mari kita baca contoh-contoh di Alkitab :
Perpuluhan tidak mempunyai arti apa-apa, di hadapan TUHAN, jika dilakukan tanpa disertai dengan rasa keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan :
Matius 23:23
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.:
Perpuluhan tidak mempunyai arti apa-apa, di hadapan TUHAN, jika tidak dilakukan sikap rendah hati. Tuhan Yesus memberikan pengajaran yang baik tentang orang farisi yang munafik dalam melakukan perpuluhan (perhatikan ayat 12) :
Lukas 18:9-14
18:9 Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini:
18:10 "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.
18:11 Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;
18:12 aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.
18:13 Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.
18:14 Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
Tuhan Yesus memberikan rumusan yang jelas tentang Persembahan. Perpuluhan bukan semata kewajiban yang hanya sekedar ditaati dalam memenuhi Hukum Tuhan atau hanya sekedar rasa tanggung jawab untuk membayar. Persembahan harus keluar dari kehendak hati yang rela dan suka cita
2 Korintus 9:7
Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.
Bandingkan dengan :
Ulangan 12:7,11
12:7 Di sanalah kamu makan di hadapan TUHAN, Allahmu, dan bersukaria, kamu dan seisi rumahmu, karena dalam segala usahamu engkau diberkati oleh TUHAN, Allahmu.
12:11 maka ke tempat yang dipilih TUHAN, Allahmu, untuk membuat nama-Nya diam di sana, haruslah kamu bawa semuanya yang kuperintahkan kepadamu, yakni korban bakaran dan korban sembelihanmu, persembahan persepuluhanmu dan persembahan khususmu dan segala korban nazarmu yang terpilih, yang kamu nazarkan kepada TUHAN.
Ulangan 14:26
14:26 dan haruslah engkau membelanjakan uang itu untuk segala yang disukai hatimu, untuk lembu sapi atau kambing domba, untuk anggur atau minuman yang memabukkan, atau apapun yang diingini hatimu, dan haruslah engkau makan di sana di hadapan TUHAN, Allahmu dan bersukaria, engkau dan seisi rumahmu.
Maka Perpuluhan janganlah dianggap sebagai iuran yang memaksa setiap anggota, atau sebagai hal seperti membayar pajak/ tax 10% . Kasih kepada Tuhan dan sesama, kerelaan dan rasa suka cita lebih dari sekedar angka 10% , itulah maksud Allah.


 Kekayaan dan kekuasaan mungkin adalah dua hal yang paling dicari dalam sejarah peradaban umat manusia di seluruh dunia. Tapi dua hal itu jugalah yang seringkali merusak dan menghancurkan peradaban manusia. 



Kekayaan memang tidak selamanya menjamin hidup bahagia, 
Tidak semua orang kaya bahagia.......
Tidak semua orang yang kaya raya juga bisa hidup tenang dan bahagia.



4 komentar: