Kamis, 20 Oktober 2011

"Damai itu Indah"

 
Surga Dunia adalah hidup didalam "Perdamain"


 Tidak ada satupun mahluk yang betah hidup didalam pertikaian. Bahkan kucing dan anjingpun yang namanya selalu dipakai sebagai "Slogan Pertikaian", jaman ini sudah dapat hidup rukun bersama. Ini bukan cerita hisapan jempol semata, tapi ini kisah nyata yang terjadi atas anjing mini tekel kami si "Miko" dan kucing liar yang kami temukan terkapar didepan rumah kami karena disiram air panas, yang kemudian kami pelihara dan kami beri nama si Manis. Kami sadar betul resikonya jika memelihara anjing dan kucing secara bersamaan. Untuk itulah semua pintu rumah selalu kami kunci selama luka-luka si Manis masih dalam perawatan kami, supaya Miko tidak datang menyerangnya. Tapi setelah si Manis sembuh ia tidak mau meninggalkan rumah kami. Walaupun setelah memberinya makan kami selalu mengusirnya pergi tapi ia selalu balik kembali.
Akhirnya kami melatih supaya mereka berdua bisa hidup dan tumbuh bersama, dengan cara menyamakan perlakuan dan jam makan mereka. Bahkan kami latih mereka untuk makan di lokasi yang sama, sehingga saat makan pun mereka bisa saling mencicipi santapan satu sama lain. Walaupun awalnya masih disertai oleh geraman satu sama lain, tapi akhir mereka terbiasa untuk saling berbagi, bahkan tidur dan main bersama.


Tapi keadaan ini berbeda dengan peradaban manusia yang katanya sudah semakin maju dan modern ini. Konflik dan pertikaian justru semakin marak dimana-mana. Entah itu konflik interpersonal ataupun konflik dan pertikaian antar suku/ras, agama bahkan antar bangsa. Pertikaian dan konflik menjadi komodity yang memasyarakat di jaman ini. Seperti penggenapan dalam Firman Tuhan bahwa bangsa akan bangkit melawan bangsa , bahkan orang-orang serumah akan saling mengangkat pedang dalam arti perang saudara akan marak terjadi diseluruh belahan bumi ini.


Senggol sedikit dan menjadi bahan pertikaian......
Manusia produk akhir jaman terkenal dengan sebutan si "Sumbu Pendek"
Mereka mudah tersulut dan meledak oleh apapun dan siapapun....


JAKARTA, KOMPAS.com - Pertikaian warga di Ambon, pekan lalu, semestinya bisa dicegah dan diantisipasi aparat keamanan, terutama oleh intelijen dan aparat kepolisian di lapangan.
Semestinya bentrokan semacam itu bisa dicegah atau diantisipasi sehingga tidak menimbulkan korban jiwa
Gesekan antarwarga itu tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan sudah dapat diduga setelah muncul kabar simpang-siur pascameninggalnya seorang tukang ojek.
Hal itu disampaikan Ketua Presidium Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Stefanus Gusma, dan Ketua Komisaris PMKRI Daerah Maluku Marselinus Ratuanik, saat dihubungi dari Jakarta, Rabu (14/9/2011). Keduanya menyayangkan meletupnya pertikaian yang menewaskan beberapa korban, merusak sejumlah toko, rumah, dan kendaraan itu.


Mungkin kita tidak pernah tahu bahwa di dalam negeri Liberia juga ada pertikaian antar suku, yang menyebabkan sebagian dari  mereka yang punya uang terpaksa lari dan berimigrasi ke Australia.  Semua peristiwa yang  terjadi di dunia akhir-akhir ini,  jadikanlah pelajaran!  Para pecundang  tetap berusaha menunggu kesempatan,  dan negara Indonesia yang rawan keributan,  dan demo baik di tingkat pusat atau daerah adalah sasaran yang empuk baginya.  Berdemo di Indonesia bukan lagi untuk demokrasi, tapi  “Demo-crazy yang  memacetkan jalanan dan ditunggangi oleh orang yang mempunyai kepentingan untuk tetap berkuasa.




Setelah 66 tahun merdeka, seharusnya sekat-sekat suku, agama tidak lagi membelenggu hak seseorang untuk maju sebagai Kepala Daerah. Kecenderungan harus putera daerah kontraproduktif dari segi kohesi sosial masyarakat Indonesia yang majemuk. Yang substansi adalah Kepala Daerah adalah orang yang mampu menyelesaikan problem daerahnya, dan membawa kesejahteraan bagi rakyatnya," katanya.
Selain itu, masyarakat Indonesia memiliki kesetiaan yang tinggi kepada negara dan bangsanya. Mereka bersedia hidup rukun di tengah kemajemukan yang ada. Aktif dan giat dalam perayaan hari kemerdekaan, dan tidak keberatan untuk masuk wajib militer demi mempertahankan negara.
Namun demikian masyarakat Indonesia bukanlah sejenis ultra nasionalisme (Chauvinis), karena tidak merasa keberatan dengan kritik negara-negara asing terhadap Indonesia.
Namun demikian mereka tidak berpandangan right or wrong is my country. 45 persen responden terbuka dan akan menelaah kritik dari asing terhadap RI, 18,2 persen bisa menerima dan hanya 13,1 persen yang langsung menolak," kata Peneliti SETARA Institute.
Kondisi masyarakat kita yang tidak chauvinis tersebut, justru akan mempercepat kemajuan bangsa ini, karena masyarakat ini adalah masyarakat yang terbuka namun tetap kritis.
"Terjadi dialektika yang produktif pada masyarakat seperti ini, ini membuka wawasan dan mempercepat kemajuan. ini sangat jauh berbeda dengan masyarakat yang serba diindoktrinasi atau dicuci otak," katanya.


Hal terpenting yang harus kita pahami sebelum menelusuri lebih jauh faktor-faktor kemajuan suatu bangsa, ialah bahwa suatu bangsa tak akan pernah terpisah dengan idiologi. Yakni, bangsa dan idiologi adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Dalam bahasa saudara sepupu kita idiologi ini lebih dikenal dengan istilah "Akidah". .
Sampai sini, saya simpulkan, bahwa suatu bangsa yang tidak memiliki idiologi yang jelas, maka tidak akan mampu membangun peradabannya. Dia hanya akan menjadi bangsa “pengekor” peradaban-peradaban yang ada. Bangsa yang plin plan mengkuti arah angin bertiup.
Jepang, Cina dan Iran yang saat ini mulai berada di tepi garis kebangkitan menyaingi Amerika dan Eropa, adalah bangsa-bangsa yang memiliki akidah yang jelas – terlepas akidah mereka adalah syi’ah dan atheis Adapun penduduk dengan variasi akidah yang sangat mencolok, maka akan terjadi saling sabot antar keyakinan yang berujung pada pro-kontra penetapan sistem kenegaraan, ekonomi, sosial, undang-undang dan lain sebagainya, padahal sistem itu memiliki peran penting dalam perputaran roda kebangkitan.
Hal ini hanya menimbulkan perang kepentingan dan keyakinan pada setiap butir-butir pematangan keputusan kenegaraan Walakhir, bangsa itu hanya diurung pertikaian ide-ide ke-idiologi-an, yang sudah pasti akan menghambat kemajuan.

Tapi yang perlu diingat adalah dari semua konflik besar yang terjadi selalu diawali oleh konflik-konflik kecil yang terjadi secara interpersonal yang kemudian diprovokasi menjadi konflik interdenominasi, konflik inter kepentingan, yang kemudian melebar menjadi konflik lintas budaya, suku/ras dan agama bahkan bisa menjadi konflik bilateral yang menggema secara multilateral.
Untuk itu penting adanya pembekalan diri pada setiap pribadi untuk menjadi pribadi-pribadi yang militan, yang tidak mudah termakan isu dan kepentingan orang-orang disekitarnya. Bahkan menjadi mahluk yang kebal terhadap konflik, dalam arti  muda memaafkan dan bertindak hati-hati dalam setiap tutur kata dan perilaku sehingga tidak memicu konflik terjadi. 


Dan yang paling penting adalah memiliki hati yang tidak mudah tersinggung dan marah dengan berbagai perilaku manusia disekitarnya. Mungkin pada saat itu hati kita bisa saja terpancing emosi ,tapi bila kita memiliki penguasaan diri, maka itu hanya sekejap saja karena setelah itu kita dapat menguasai diri kita dan terutama perkataan dan perilaku kita. 

"Penguasaan diri adalah satu ketrampilan yang perlu dilatih hari lepas hari"




Cara terbaik untuk mencairkan gunung es adalah menjaga matahari tetap bersinar.
Bercahaya dan panas dalam jangka waktu yang lama. Beberapa orang berusaha mencairkan gunung es dengan pengering rambut. Pengering rambut mungkin dapat mencairkan es batu, tetapi gunung es memerlukan lebih banyak waktu lebih banyak panas, lebih banyak sinar matahari. Inilah beberapa cara meningkatkan hubungan yang membeku. Bersiaplah sekarang untuk bertemu dengan orang yang membeku itu. Berdoalah untuk mendapatkan kasih karunia dan carilah nasehat terbaik tentang langkah-langkah yang harus diambil. Misalnya, bertanyalah, “Tuhan, apakah yang Engkau ingin kulakukan ? Bagaiamana Engkau menghendaki aku bertindak?” Carilah nasehatNya, jika anda mencari hal terbaik untuk dilakukan.
Roh Kudus mungkin mengarahkan anda untuk melakukan cara tertentu, atau mungkin akan mengubah cara pandang anda. Tidak peduli seberapa brutalnya gunung es anda atau berapa banyak kapal yang telah ditenggelamkannya, ingatlah bahwa gunung es tidak dapat menjaga tepi-tepinya yang tajam dalam kehadiran sinar matahari tropis.


Jika anda bertemu dengan orang semacam ini, tersenyumlah dan berikan salam hangat yang tulus. Tidak peduli betapapun dinginnya tanggapan itu, jagalah supaya matahari tetap bersinar. Tetaplah bersikap bersahabat. Rendahkan suara anda, tataplah mata orang itu. Tersenyumlah. Jika orang dingin tersebut melemparkan batu-batu es, menunduklah dan jangan balas melemparkannya kembali...!!!

Jika sebuah percakapan terbuka, perhatikanlah. Ajukanlah pertanyaan tentang keluarga, sahabat, orang-orang lain yang dikenalnya. Bersikaplah tulus. Berdoalah diam-diam saat dia berbicara, bahkan jika percakapan menjadi dingin atau bermusuhan. Jika musuh membongkar kemarahan, kecaman, sarkasme, biarkan itu terbang lenyap seperti anak panah yang tidak mengenai sasaran. Saat semburan kemarahan berhenti, katakanlah sesuatu yang menenangkan dan tetap bersikap lembut.
Beberapa permulaan yang baik yang dapat menolong anda :

1. Mulailah memperbaiki diri anda!
Pusatkanlah perhatian untuk menjadi orang sesuai kehendak Tuhan. Lakukan apa yang diperintahkanNYA untuk anda lakukan. Patuhilah firman. Mintalah Roh Kudus untuk menolong anda berubah semakin baik. Cara tercepat untu membuat orang lain yang dekat dengan anda berubah adalah membuat suatu perubahan pribadi. Jadilah orang tua, pasangan hidup, rekan atau saudara yang ideal. Akuilah dosa-dosa anda. Tingkatkan kekuatan anda. Bertumbuhlah ditempat dimana anda ditempatkan.

2. Berdoalah setiap hari bagi orang tersebut dan....
Berbuatlah baik kepada orang ini.
Bacalah Lukas 6 :27-28. Lakukanlah! Naikanlah sebuah doa setiap hari, “Tuhan berkatilah orang ini dengan cara-cara yang akan menuntunnya pada yang terbaik dari-Mu.” Carilah suatu kesempatan untuk memberikan bantuan kepada orang ini. Carilah cara-cara untuk memperlihatkan kasih yang nyata.

3. Menunggu dan Berilah waktu
Bersabarlah seperti Tuhan YESUS yang sabar. Berapa lamakah Ia menunggu anda ? Berapa waktu banyak waktu yang diberikan kepada anda ? Apakah Ia menunda-nunda mengampuni anda ? Bacalah Lukas 15 ; Maz 40 : 2. Berusahalah menyesuaikan diri dengan waktu Tuhan YESUS yang tepat, bahkan jika anda benci menunggu.

4. Jadikanlah orang-orang di sekitarnya menjadi sekutu anda!
Jika hubungan anda dengan orang tersebut adalah saudara atau seseorang yang ingin anda rebut kembali dengan cara apapun, carilah sekutu-sekutu. Siapakah sahabat-sahabat atau anggota-anggota keluarga terdekatnya ? Kepada siapakah ia berbicara ? Siapakah yang akan mendengar keluhan-keluhannya ? Mulailah menarik perhatian orang-orang ini. Berdoalah supaya Tuhan mau memberikan kepada anda daya tarik atas mereka. Carilah persahabatan mereka, berbuatlah baik kepada mereka, tetapi jangan menjadi pengganggu. Jangan bersikap manipulatif, tetapi jadilah berkat.


5. Cari dan temukanlah perspektif Tuhan & memandanglah dari sudut pandang itu!
Apakah yang dikehendakiNya dari semua ini ? Apakah IA sedang mempersiapkan anda untuk sesuatu yang lebih baik ? Mengajarkan karakter kepada anda ? Memberikan kepada anda untuk pengalaman-pengalaman untuk kebesaran dimasa depan ? Menggenapi suatu maksud yang lebih besar ? Mungkin, tidak semua konflik dapat terselesaikan, tetapi itu tidak pernah memberikan anda izin untuk bertindak dalam cara yang kurang dalam standar Firman


Kita takkan kehilangan harga diri kita karena memilih untuk mengalah....
Kita takkan kehilangan pamor kita karena memilih untuk memaafkan....
Tapi kita akan kehilangan segalanya......
Jika kita tidak mengijinkan damai bertahta dalam hati kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar