Hidup adalah kompetisi......tapi mestikah kita kalah dan kalah lagi......?????
Dalam berbagai aspek kehidupan kita, kompetisi tak dapat dihindari......Bahkan semua area kehidupan menjadi medan pertempuran bagi kita....Pertempuran untuk menang saat mempertahankan prinsip-prinsip hidup kita....Pertempuran untuk menang saat mempertahankan ego kita....Dan yang sangat disesali adalah tidak ada satu-pun dari kita yang rela untuk "kalah", tepatnya merelakan diri untuk "kalah".
Bahkan dengan orang-orang yang paling kita cintai sekalipun.....
Saya merenung bahwa kata "kalah" adalah kata yang dijauhi oleh kita semua. Manusia normal manapun tidak mau menderita kekalahan. Akan tetapi diantara ribuan manusia kita akan selalu menemui sosok pemberani yang berani mengalah untuk menang di kemudian hari. Menang dalam arti sesungguhnya, tidak kamuflase, dan menang sesaat. Sosok pemberani ini menyadari yang dituju adalah kemenangan yang abadi. Kemenangan di kampung akhirat nanti dimana kenikmatan yang paling besar adalah dapat melihat wajah Allah Sang Pencipta. Itulah kemenangan hakiki.
Bagiku, mengalah untuk menang adalah suatu keyakinan yang kuyakini akan menjadi suatu kebenaran meskipun membutuhkan jangka waktu yang tidak sebentar untuk membuktikan kebenarannya.
Bahkan sebelum kita memutuskan untuk mengalah, ada satu pergumulan yang bisa berupa peperangan melawan diri sendiri. Dan peperangan melawan diri sendiri itu bahkan jauh lebih sulit daripada peperangan melawan keadaan yang sedang kita hadapi.Dan langkah awal kemenangan kita adalah:
Memilih untuk mengalah…
Karena aku percaya, bahwa DIA sang empunya kehidupan adalah adil dan penuh kasih. Apa artinya adil bagi kita? Apakah adil itu sama rata, sama rasa? Aku pikir bukan. Jika adil seperti yang kita pikirkan, maka aku tidak akan pernah punya tempat di kekekalan nanti. Karena dosa itu begitu besar dan tak sanggup untuk menghapuskannya. Adil menurut kita tidak sama dengan keadilanNYA. Hidup ini memang seringkali tidak fair, namun DIA yang empunya kehidupan itu adil.
Adilkah ketika Lot, keponakan Abraham lebih memilih lembah Yordan yang tampak lebih subur dan mempunyai air yang melimpah, ketika Abraham dan Lot ‘terpaksa berseteru’ karena tempat yang mereka diami tidak cukup luas untuk mereka tinggali bersama-sama? Dan Abraham harus memilih mengalah?
Karena aku yakin hidup ini bukan layaknya lomba lari jarak pendek tetapi layaknya berlari marathon, yang setiap orang tidak mengetahui garis finishnya dimana. Yang aku tahu hidup ini adalah perjalanan yang panjang, yang terdiri dari beberapa periode kehidupan. Jika kita kalah dalam satu episode belum tentu akhirnya kita kalah dalam pertandingan, begitu juga sebaliknya, jika kita terlihat menang dalam satu episode awal, belum tentu kita akan memenangkan pertandingan.
Sekarang kita harus memilih, kemenangan mana yang kita kejar, kemenangan sesaat atau kemenangan abadi?
Adalah satu kehormatan bagi kita untuk melakukannya. Karena ini membuktikan bahwa kita lebih dewasa dan lebih kuat, dan itu akan membuat hidup kita semakin bergantung kepada sang pemberi hidup.
Bersyukur untuk DIA yang telah melakukan apa yang telah diajarkan dengan cara mengalah, tidak menuntut keadilan ketika IA tergantung lemas dan lunglai di kayu salib, seandainya IA berontak menuntut keadilan, maka kita semua yang percaya kepadaNya tidak akan memperoleh kekekalan…
Prinsip MENANG & KALAH dalam membina hubungan suami - istri
Hampir tidak ada rumah tangga yang tanpa konflik sama sekali. Pasangan terakhir yang hidup bahagia selamanya barangkali hanya terdapat dalam dongeng seperti Snow White atau dalam film Pretty Woman. Bahkan meskipun Anda memiliki komitmen terhadap pasangan Anda, akan masih ada saat-saat ketika di antara Anda ada ketegangan, air mata, pertengkaran, ketidakcocokan, dan ketidaksabaran. Komitmen tidak menghapuskan kodrat manusiawi kita! Itu kabar baik, tetapi realistis!
Adalah sebuah kenyataan bahwa bersatunya seorang lelaki dan seorang perempuan dalam sebuah ikatan pasti menciptakan beragam masalah ketidakcocokan. Karena itu George Levinger memberikan nasihat yang indah sekali, “Yang berperan dalam membuat sebuah perkawinan bahagia bukanlah berapa banyak Anda saling berkesuaian, melainkan bagaimana Anda mengatasi ketidaksesuaian. Perbedaan-perbedaan yang sudah ada sejak sebelum perkawinan semakin tampak ketika dua orang tinggal bersama. Kita berasal dari latar belakang yang berbeda, memiliki kepribadian sendiri-sendiri, memandang dunia lewat perspektif yang berbeda, dan masing-masing memiliki kebiasaan-kebiasaan yang mungkin tidak menyenangkan bagi yang lain. Pikiran kita tidak sama, reaksi kita tidak sama, cara kita bertindak pun tidak sama. Ini bisa mengundang frustrasi. Oleh sebab itu, alih-alih ngotot berusaha agar ikatan semakin ketat, belajar untuk melonggarkannya barang sedikit.”
Dan jika Anda mengalami konflik dengan pasangan Anda maka ikutilah saran dari Oglen Nash, “Agar perkawinan Anda tetap membahagiakan dengan mangkuk cinta yang terus ada isinya;
"Ketika Anda salah, akuilah. Namun ketika Anda benar, jangan bicara.”
Tapi sayangnya, kebanyakan pasangan berhenti di tengah jalan hanya karena mereka tak dapat saling mengalah. Hasrat ingin menang yang begitu tinggi telah mengobarkan api yang diikuti dengan berkembangnya
perbantahan yang tak kunjung selesai. Saya teringat dengan seorang perempuan yang mencari nasihat tentang perkawinannya. “Setiap kali kami bertengkar,” kata perempuan itu, “suami saya menjadi historis.” “Maksud Anda histeris?” tanya saya. “Bukan, yang saya maksudkan historis! Ia selalu mengungkit masa lalu.”
MENGALAH ITU INDAH
Jalan keluar yang rasional dan manusiawi justru berintikan pengejawantahan sikap "mengalah dalam pengertian yang benar". Artinya, tidak memaksakan kehendak atau kesukaan diri sendiri, tetapi membiarkan diri mengikuti kehendak orang lain, demi terjadinya perubahan-perubahan rasional dan manusiawi (perbaikan-perbaikan) dalam diri sendiri maupun diri orang lain.
Langkah ini memungkinkan terjembataninya perbedaan-perbedaan di antara mereka. "Mengalah" adalah kata kunci untuk kasus suami-istri, karena mengalah adalah lawan dari sikap keras yang ditampilkan kedua belah pihak. Sikap keras justru kian menjauhkan mereka. Sesungguhnya, sang suami sangat mendambakan istri bisa atau mampu mengejawantahkan sikap mengalah dan menipiskan sikap kerasnya. Begitu pula, sang istri mendambakan suami bisa atau mampu mewujudnyatakan sikap mengalah serta menipiskan sikap kerasnya.
Setiap perbedaan pasti akan terjembatani oleh sikap mengalah dari kedua belah pihak.
Biasanya kedua belah pihak tidak sudi berprakarsa mengejawantahkan sikap mengalah lebih dulu. Seolah masing-masing saling menunggu. Di tengah kondisi demikian, relasi di antara mereka makin memburuk.
Padahal sesungguhnya mengalah sama sekali tidak berarti kalah.
Justru sikap mengalah menyebabkan kemenangan, dan orang yang mengalah sedang merintis kemenangan.
Mengapa demikian?
Karena, pada dasarnya setiap manusia tidak akan bisa mengejawantahkan suatu sikap atau tindakan tertentu, jika sebelumnya tak pernah menghayati sikap atau tindakan serupa yang dilakukan orang lain kepadanya. Orang hanya bisa diharapkan mengalah dengan tulus jika pernah menghayati sikap atau tindakan mengalah yang dilakukan orang lain terhadap dirinya.
Manusia tidak bisa diharapkan mampu mewujudkan kasih sayang secara tulus, jika dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari orang lain. Begitu pula, manusia tidak bisa diharapkan mewujudkan kejujuran secara asli, jika orang-orang lain selalu bersikap dan bertindak tidak jujur terhadapnya. Hal ini bisa dianggap sebagai salah satu prinsip dalam relasi antarinsan.
Jika seseorang menginginkan perubahan terjadi pada mitra relasinya, dia perlu mempertimbangkan untuk mewujudnyatakan perubahan di dalam dirinya sendiri lebih dulu, sebelum mengharapkan terjadinya perubahan dalam diri mitra relasinya.
Hanya sang PEMENANG yang mau untuk MENGALAH
Suami perlu mengalah dan istri pun perlu mengalah. Ketika suami mengalah, istri mendapatkan pengalaman perubahan dalam diri suaminya. Dengan demikian sang istri mengalami apa yang disebut sikap dan tindakan mengalah, karena suaminya sendiri mengejawantahkan sikap dan tindakan tesebut buat dirinya. Semua pengalaman ini akan merupakan pelajaran riil yang mendorong istri mewujudnyatakan perubahan dan sikap mengalah yang tulus. Sebaliknya, ketika istri mengalah, sang suami mendapatkan pengalaman perubahan dan sikap mengalah yang diwujudnyatakan oleh istrinya. Semua pengalaman tersebut akan menjadi pelajaran riil yang mendorong sang suami mengejawantahkan perubahan dan sikap mengalah yang tulus pula.
Hanya yang memiliki mental seorang PEMENANG sajalah, .....
Yang akan selalu siap & rela untuk MENGALAH ......
Kapan saja,.....Dimana saja,....Dan kepada siapa saja,....
SELAMAT MENJADI PEMENANG.......!!!
BalasHapusNikmati Bonus-Bonus Menarik Yang Bisa Anda Dapatkan Di Situs Kami LegendaPelangi.com
Situs Resmi, Aman Dan Terpercaya ^^
Kami Hadirkan 7 Permainan 100% FairPlay :
- Domino99
- BandarQ
- Poker
- AduQ
- Capsa Susun
- Bandar Poker
- Sakong Online
Fasilitas BANK yang di sediakan :
- BCA
- Mandiri
- BNI
- BRI
- Danamon
Ayo buktikan sendiri dan menangkan jutaan rupiah
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami
-BBM : 2AE190C9
-Loginsite : Legendapelangi.com