: | Sinonim "Bersilat Lidah" :berdebat, berlik, bersilat kata, pokrol-pokrolan, |
Orang yang bersilat lidah sangat pandai menyembunyikan fakta-fakta yang merugikan dirinya dan menonjolkan hal-hal yang menguntungkan dirinya. Dia punya segudang ’amunisi’ argumentasi untuk menghantam ucapan kita. Dia bisa memutar balikkan perkataan dan menyerang balik kepada diri kita seperti sebuah bumerang.
"Didalam banyak bicara pasti ada pelanggaran,tetapi siapa yang menahan bibirnya,
berakal budi." ( Amsal 10:19 )
Alkitab jelas meminta kita tidak hanya menjaga hati tetapi juga menjaga setiap perkataan yang keluar dari mulut kita ,seperti yang tertulis dalam kitab Amsal 4:23-24 ;
"Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan karena dari situlah terpancar kehidupan. Buanglah mulut serong dari padamu dan jauhkanlah bibir yang dolak-dalik dari padamu!"
Seorang pesilat lidah tidak akan pernah menjawab pertanyaan kita. Dia akan menjawab pertanyaan dengan pertanyaan (answer your question with a question). Kalau kita bertanya : “Mengapa bapak mengatakan hal itu?” maka akan dijawabnya : “Mengapa tidak?” atau “Menurut pendapat kamu apa?”. Salah satu jurus pesilat lidah adalah mengucapkan double atau triple negative. Dia akan mengatakan : “Tidak mudah bagi saya untuk tidak mengatakan bahwa hal itu tidak salah.” Anda yang mendengarkan ucapan seperti ini bisa langsung limbung kehilangan orientasi.
Seorang pesilat lidah juga punya tagline ampuh untuk mengkounter serangan
dari lawan bicaranya.
Salah satunya adalah kata ’justru’. Ketika dinyatakan bahwa bahwa perbuatannya itu melanggar hukum maka dia akan menungkas : ”Saya justru melaksanakan mandat institusi yang dipercayakan kepada saya.” Dia juga akan menggunakan ’absolutisme’ untuk membuat kita terkapar. Dia akan menggunakan tagline ’semua orang setuju….’ atau ’sampai kapanpun….’. Dia bisa membuat kita merasa seperti ’orang aneh’ dan langsung minder.
Buat seorang pesilat lidah adalah pantang untuk mengakui kesalahannya. Apabila tersudut dia akan berpura-pura tidak mengerti (pertanyaan dan jawabannya tidak nyambung), atau mengatakan : ” Itu bukan urusan saya” atau menggunakan senjata pamungkasnya ’pokoknya’. ”Pokoknya saya merasa tidak melakukan kesalahan”, kata seorang pejabat yang dicecar dengan berbagai pertanyaan.
Memang cukup menyedihkan bahwa masih banyak orang-orang suka bersilat lidah dan tidak mengedepankan integritas. Padahal integritas ini adalah esensi dalam kehidupan manusia. Bukankah ada maxim :
"Kalau engkau kehilangan uang, engkau akan kehilangan sebagian kecil dari dirimu, tetapi kalau engkau kehilangan kepercayaan, engkau akan kehilangan segalanya"
"Bibir orang benar menggembalakan banyak orang, tetapi orang bodoh mati karena kurang berakal budi" ( Amsal 10:19 )
Memang tidak dapat di sangkali ada saatnya di mana kita tidak dapat menghindari suatu perdebatan, sekalipun kita telah berusaha untuk menghindarinya.
Perdebatan bisa saja terjadi dalam hidup kita, baik dengan anggota keluarga, sanak family, teman pelayanan, rekan kantor bahkan mungkin dengan orang-orang yang kita hormati seperti atasan, orang tua dan para petinggi agama dan politik.
Perdebatan bisa saja terjadi dalam hidup kita, baik dengan anggota keluarga, sanak family, teman pelayanan, rekan kantor bahkan mungkin dengan orang-orang yang kita hormati seperti atasan, orang tua dan para petinggi agama dan politik.
Topik perdebatannya pun bisa beragam, mulai dari masalah-masalah yang bersifat pribadi atau prinsipil maupun perkara-perkara yang bersifat umum.
Ada tiga(3) pokok pembicaraan dalam "Perdebatan Umum" yang marak terjadi,
Yang akan kita bahas dan pelajari bersama;
Yang akan kita bahas dan pelajari bersama;
1. Perdebatan Politik : Yang sekarang marak di stasiun televisi.
2. Perdebatan Lintas Agama : Dalam hal ini yang paling panas antara Kristen dan Muslim.
3. Perdebatan Alkitabiah : Untuk memahami esensi Firman Tuhan itu sendiri.
Tapi sebelumnya masuk kedalam satu perdebatan ,alangkah baiknya kita harus membekali diri dengan pengetahuan mengenai berbagai bentuk argumen yang ada sebagai bahan pokok suatu perdebatan.
Sehingga kita tidak berargumen dengan cara yang salah dikarenakan kita salah dalam menyimpulkan suatu permasalahan yang ada.Seringkali perdebatan terjadi justru karena kurangnya pemahaman kita akan duduk persoalan suatu masalah, sehinga pikiran kita sudah menarik satu kesimpulan yang salah dalam satu tatanan pikiran (paradigma) yang salah dan juga memandang permasalahan yang ada dalam satu sudut pandang ( perspektif ) yang salah pula. Sehingga terlahirnya satu kesimpulan yang salah sebagai argumen-argumen kita.
Salah satu contoh penalaran yang salah;
Semua anjing memiliki ekor...
Semua kucing memiliki ekor....
Jadi, semua kucing adalah anjing....!
Di atas adalah contoh penalaran yang tidak valid dan tidak benar. Premis-premis yang ada tidak memiliki relasi konsekuensial yang membawa kita pada suatu kesimpulan yang benar. Kesimpulannya tidak sesuai dengan premis-premis yang ada.
Logika dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang metode-metode dan prinsip yang dipakai untuk membedakan penalaran yang tepat dari penalaran yang tidak tepat. (Rafael Raga Maran, 2007)
Pengetahuan tentang prinsip-prinsip logis sebuah penalaran sering tidak memadai. Bahkan sering orang terlihat memaksakan prinsip-prinsip tersebut untuk menarik kesimpulan yang tidak relevan atau mempergunakan kata-kata yang memiliki makna lebih dari satu. Oleh karenanya, kita perlu mempelajari dan memahami adanya kemungkinan sesat pikir yang sering muncul dalam proses berpikir kita. (E, Sumaryono,1999). Fenomena sesat pikir di bawah akan disampaikan sebagai pembelajaran bersama dengan bersumber dari buku E. Sumaryono, Dasar-dasar Logika, Kanisius, 1999.
Motivasi pokok seseorang menyusun sebuah argumen adalah untuk membuktikan bahwa kesimpulan yang ia peroleh dalam menalar adalah benar.
Tetapi ada banyak jenis kekeliruan yang dilakukan orang dalam melaksanakan penalaran atau dalam berargumen.
"Setiap kekeliruan dalam menalar itu merupakan argumen yang salah"
Ada dua macam argumen yang salah, yakni sebagai berikut:
- Argumen yang sebenarnya keliru namun tetap diterima umum karena banyak orang yang menerima argumen tersebut tidak merasa kalau mereka itu sebenarnya telah tertipu. Sesat pikir semacam itu disebut KEKELIRUAN RELEVANSI. Argumen-argumen semacam itu biasanya bersifat persuasif dan dimaksudkan untuk memperngaruhi aspek kejiwaan orang lain, misalnya dalam pidato politik dalam kampanye, pernyataan pejabat yang dimaksudkan untuk meredam situasi, pada reklame / iklan, dsb.
- Argumen yang keliru karena kesalahan dalam penalaran yang disebabkan oleh kecerobohan dan kekurangperhatian orang terhadap pokok persoalan yang terkait, atau keliru dalam menggunakan term dan proposisi yang memiliki ambiguitas makna dari bahasa yang dipergunakan dalam berargumen. Sesat pikir semacam ini disebut penalaran ambigu atau AMBIGUITAS PENALARAN. Misalnya, term salah prosedur yang sering diucapkan pejabat untuk berdalih bila mendapatkan kritik sebagai salah interpretasi terhadap suatu perintah / instruksi.
Seringkali sesat-pikir logika dilakukan oleh orang-orang yang kurang memahami tentang penalaran logis, orang yang tidak bisa menempatkan dirinya pada posisi orang lain, hingga orang-orang yang berpendapat bahwa ketika pendapat diserang maka egonya diserang.
Logical fallacy atau sesat-pikir logis adalah suatu komponen dalam argumen
Muncul dalam statement klaim yang mengacaukan logika. Sesat-pikir logis menghasilkan kesimpulan yang menyesatkan karena klaim argumennya tidak disusun dengan logika yang benar.
Mudahkah menghindari sesat-pikir logika? Tidak. Justru itu sangat susah. Saya pun masih banyak melakukan kesalahan berlogika dan penyusunan argumen, baik disengaja (?) atau tidak.
Golongan yang pertama ini disebut Paralogisme, yaitu pelaku sesat-pikir logis yang tidak menyadari sesat-pikir yang dilakukannya. Namun ada juga sesat-pikir logis yang disamarkan menjadi silat lidah, yang dilakukan oleh orang-orang yang berniat memperdaya, yang disebut Sofisme.
Sesat-pikir, terutama dalam politik, akan sangat efektif digunakan dalam provokasi, menggiring opini publik, debat perencanaan undang-undang, pembunuhan karakter, hingga menghindari jerat hukum. Memang, dengan memanfaatkan sesat-pikir logis sebagai silat lidah kita dapat memenangkan suatu diskusi, namun itu menjauhkan kita dari esensi permasalahan.
1. PERDEBATAN POLITIK
Di sini saya menuliskan beberapa logical fallacy atau sesat-pikir logika yang sering ditemukan dalam kampanye, debat, maupun diskusi politik. Masih banyak sesat-pikir logika yang biasa ditemukan dalam politik yang ingin saya tuliskan, ini hanya sekelumit garis besarnya saja.
Argumentum ad Hominem
Argumentum ad Hominem adalah bentuk argumen yang tidak ditujukan untuk menangkal argumen yang disampaikan oleh orang lain tetapi justru menuju pada pribadi si pemberi argumen itu sendiri. Argumen itu akan menjadi sesat-pikir ketika ia ditujukan menyerang pribadi lawan demi merusak argumen lawan. Kalimat populernya adalah: "shoot the messenger, not the message".
Ada banyak bentuk ad hominem, namun yang paling umum dan dijadikan contoh di sini adalah ad hominem cercaan. Ad hominem termasuk dalah satu sesat-pikir yang paling sering dijumpai dalam debat dan diskusi politik, yang biasanya akan membawa topik ke dalam debat kusir yang tak ada ujung pangkal.
Catatan Tambahan:
Ad hominem tidak sama dengan penghinaan, celaan, atau cercaan. Sejatinya, ad hominem ada dalam premis dan pengambilan kesimpulan berupa logika yang langsung mengarahkan argumennya pada seseorang dibalik suatu argumen. Dan tendensinya bisa saja bukan merupakan penghinaan, namun hanya mengkaitkan dua hal yang tidak berhubungan sama sekali. Sederhananya, bisa dikatakan ad hominem jika itu berupa premis dan kesimpulan, untuk menjatuhkan argumen lawan.
Red Herring
Red Herring adalah argumen yang tak ada sangkut-pautnya dengan argumen lawan, yang digunakan untuk mendistraksi atau mengalihkan perhatian orang dari perkara yang sedang dibahas, serta menggiring menuju kesimpulan yang berbeda.
Sesat-pikir ini biasanya akan keluar jika seseorang tengah terdesak. Ia akan langsung melemparkan umpannya ke topik lain, di mana topik lain ini sukar dihindari untuk tidak dibahas. Itu karena biasanya pemilihan topik lain itu 'baunya' cukup kuat seperti perumpamaan ikan merah (red herring) atau terasi bagi orang Indonesia (meminjam istilah Herman Saksono), antara lain topik yang aktual atau isu yang cukup dengan lawan debat atau audiens.
Straw Man
Straw Man yaitu argumen yang membuat sebuah skenario yang dengan suatu imej yang menyesatkan, kemudian menyerangnya. Untuk membuat 'manusia jerami' (straw man) adalah dengan membuat ilusi telah menyangkal suatu proposisi dengan mensubstitusinya dengan sesuatu yang mirip namun dangkal dan mudah diserang, tanpa pernah benar-benar menyangkal argumen lawan yang sebenarnya.
Seperti namanya, manusia jerami adalah sasaran yang empuk dan mudah untuk diserang. Menyerang manusia jerami yang diciptakan dari manipulasi argumen lawan akan membuat argumen diri sendiri terlihat kuat dan bagus. Pada umumnya, selain terdapat dalam kampanye, manusia jerami ini akan dikeluarkan setelah lawan selesai bicara mengenai perkara yang dibahas.
Guilt by Association
Guilt by Association berciri-ciri tipe generalisasi umum--yang terlalu cepat mengambil kesimpulan--yang meyakini bahwa sifat-sifat suatu hal berasal dari sifat-sifat suatu hal lain. Sesat-pikir ini bisa berupa ad hominem, biasanya dengan menghubungkan argumen dengan sesuatu hal diluar argumen itu, kemudian menyerang si pembuat argumen.
Ini adalah bentuk ekstrim dari majas Totum pro parte yang mana berupa seolah-olah pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian. Intinya adalah mencari kesalahan seseorang dari apa saja yang berkaitan dengannya, lalu jadikan hal tersebut argumen untuk menjatuhkannya.
Perfect Solution Fallacy
Perfect Solution Fallacy adalah sesat-pikir yang terjadi ketika suatu argumen berasumsi bahwa sebuah solusi sempurna itu ada, dan sebuah solusi harus ditolak karena sebagian dari masalah yang ditangani akan tetap ada setelah solusi tersebut diterapkan.
Asumsinya, jika tidak ada solusi sempurna, tidak akan ada solusi yang bertahan lama secara politik setelah diimplementasi. Tetap saja, banyak orang tergiur oleh ide solusi sempurna, mungkin karena itu sangat mudah untuk dibayangkan.
Argumentum ad Verecundiam
Argumentum ad Verecundiam terjadi ketika mengacu pada seseorang yang dianggap positif sebagai pakar atau ahli sehingga apa yang diucapkannya adalah sebuah kebenaran.
Otoritas kepakaran seseorang yang mengucapkan suatu hal tersebut kemudian otomatis diakui sebagai sesuatu yang pasti benar, meskipun otoritas itu tidak relevan
Poisoning the Well
Poisoning the Well adalah sesat-pikir yang mencegah argumen atau balasan dari lawan dengan cara membuat lawan dianggap tercela dengan berbagai tuduhan bahkan sebelum lawan sempat bicara.
Teknik meracuni sumur ini lebih licik dari sekadar mencela lawan karena akan membuatnya menghina diri sendiri karena menyambut argumen yang telah diracuni tersebut.
Argumentum ad Temperantiam
Argumentum ad Temperantiam adalah kesesatan yang menyatakan bahwa pandangan pertengahan adalah sesuatu yang benar tanpa peduli nilai-nilai lainnya.
Serta juga menganggap jalan tengah sebagai pertanda kekuatan suatu posisi.
Meskipun dapat menjadi nasihat yang bagus, namun kesesatannya disebabkan karena ia tak punya dasar yang kuat dalam argumen karena selalu berpatokan bahwa jalan tengah adalah yang benar. Penggunaannya kadang dengan membuat-buat posisi lain sebagai posisi yang ekstrim.
Ipse-dixitism
Ipse-dixitism adalah argumen dengan dasar keyakinan yang dogmatis. Seseorang yang menggunakan Ipse-dixitism mengasumsikan secara sepihak premisnya sebagai sesuatu yang disepakati, padahal tidak demikian.
Premis yang diajukan dalam argumen seolah-olah merupakan fakta mutlak dan telah disepakati bersama kebenarannya, padahal itu hanya dipegang oleh pemberi argumen, tidak bagi lawannya. Sesat-pikir ini akan berujung pada debat kusir.
Proof by Assertion
Proof by Assertion adalah kesesatan dimana suatu argumen terus-menerus diulang tanpa mengacuhkan kontradiksi terhadapnya. Kadang ini diulang hingga diskusi pun jenuh, dan pada titik ini akan dianggap sebagai fakta karena belum dikontradiksi.
Sesat-pikir ini sering digunakan sebagai retorika oleh politikus, atau dalam debat sebagai usaha menggagalkan penetapan suatu undang-undang dengan pidato yang amat panjang dan tak habis-habis. Dalam bentuk yang lebih ekstrim lagi, juga bisa menjadi salah satu bentuk pencucian otak. Penggunaannya dapat diamati dari penggunaan slogan politik yang terus-menerus diulang.
Two Wrongs Make a Right
Two Wrongs Make a Right adalah kesesatan yang terjadi ketika diasumsi bahwa jika dilakukan suatu hal yang salah, tindakan salah yang lain akan menyeimbanginya.
Sesat-pikir ini biasa digunakan untuk menggagalkan tuduhan dengan menyerang tuduhan lain yang juga dianggap salah.
Argumentum ad Novitam
Argumentum ad Novitam muncul ketika sesuatu hal yang baru dapat dikatakan benar dan lebih baik, dengan mengasumsikan penggunaan hal yang baru berbanding lurus dengan kemajuan zaman dan sama dengan kemajuan baru yang lebih baik.
Sesat-pikir ini selalu menjual kata 'baru', dengan menyerang suatu hal yang lama sebagai hal yang gagal dan harus diganti dengan yang lebih baru.
Argumentum ad Antiquitam
Kebalikan dari Argumentum ad Novitatem, ketika sesuatu benar dan lebih baik karena merupakan sesuatu yang sudah dipercaya dan digunakan sejak lama. Argumen ini adalah favorit bagi golongan konservatif. Nilai-nilai lama pasti benar. Patriotisme, kejayaan negara, dan harga diri sejak puluhan tahun silam.
Sederhananya, sesat-pikir ini adalah kebiasaan malas berpikir. Dengan selalu berpatokan bahwa cara lama telah dijalankan bertahun-tahun, maka itu dianggap sesuatu yang pasti benar.
False Dichotomy
False Dichotomy atau False Dilemma terjadi apabila argumen hanya melibatkan dua opsi, yang seringkali berupa dua titik ekstrim dari beberapa kemungkinan, di mana masih ada cara lain namun tidak disertakan ke dalam argumen.
Biasanya sesat-pikir ini menyempitkan opsi menjadi dua saja, walaupun masih ada opsi lain. Bahkan kadang-kadang menyempitkan opsi menjadi satu, sehingga seolah-olah mau tidak mau harus menyetujuinya.
2. PERDEBATAN LINTAS AGAMA
BERBEDA PENDAPAT adalah hal yang wajar, sebagaimana kata pepatah Arab "kullu ro`sin ro`yun" : setiap kepala mempunyai pendapat. Yang penting dalam menghadapi perbedaan ini adalah penyikapannya; seperti menghormati pendapat yang berbeda, menyampaikan pendapat dengan ilmu yang benar, dilandasi semangat mencari kebenaran bukan pembenaran.
3. PERDEBATAN ALKITABIAH
Apakah alkitab boleh diperdebatkan ?
* Amsal 27:17
Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.
Apakah alkitab boleh diperdebatkan ?
* Amsal 27:17
Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.
Allah sendiri pernah mengajak manusia "berdebat" (berperkara) :
* Yesaya 1:18 LAI TB, Marilah, baiklah kita beperkara (YAKAKH)! -- firman TUHAN -- Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.
KJV, Come now, and let us reason together, saith the LORD: though your sins be as scarlet, they shall be as white as snow; though they be red like crimson, they shall be as wool.
Hebrew,
לְכוּ־נָא וְנִוָּכְחָה יֹאמַר יְהוָה אִם־יִהְיוּ חֲטָאֵיכֶם כַּשָּׁנִים כַּשֶּׁלֶג יַלְבִּינוּ אִם־יַאְדִּימוּ כַתֹּולָע כַּצֶּמֶר יִהְיוּ׃Translit, LEKHU-NA VENIVAKHKHAH YOMAR YEHOVAH (baca ADONAY) 'IM-YIH'YU KHATAEIKHEM KASYANIM KASYELEG YALBINU IM-YADIMU KHATOLA KATSEMER YIH'YU
יכח - YAKAKH, Leksikon Ibrani :
to prove, decide, judge, rebuke, reprove, correct, be right,..., to argue
"Marilah, baiklah kita beperkara!", sebuah istilah lain dalam pengadilan "marilah kita saling menuntut" sebagai penggugat dan tergugat. --> MARI KITA BERDEBAT
Dalam perkara ini Allah meski menunjuk dosa-dosa Israel, Ia tidak langsung "ketok palu" pokoknya kamu berdosa titik! Tapi sebaliknya Ia mempersilahkan umat beperkara denganNya, sehingga keluar statement : "-- Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba". Pada ayat-ayat selanjutnya Allah menuntut respons mereka terhadap tawaran anugerah pengampunan, yaitu jika mereka mau meninggalkan kejahatan mereka.
Meski Allah bisa melakukan kehedakNya secara absolut, tapi Allah tidak "memprogram" Yesaya "eh loe musti ngomong gini yah!, dan jangan tanya kenapa". Sebaliknya seperti dua orang yang bercakap-cakap secara "equal", Allah berkata kepada Yesaya "Marilah, baiklah kita beperkara!", (Ibrani VENIVAKHKHAH, harfiah : kita saling mengkoreksi). Emangnya Yesaya yang juga manusia itu siapa, sampai bisa punya pekara/ saling tuntut/ saling mengoreksi dengan TUHAN Allah?.
Asyik, kan....
Allah mempersilahkan manusia menggunakan "akal-budinya" dengan berpekara dengan Dia, untuk menelaah apa yang Allah mau.
Thomas Aquinas :
"Intellectus quarens fidem (Akal meneliti isi iman)".
Alkitab tidak melarang orang menggunakan akal budi, kita lihat Rasul Paulus sendiri menggunakan akal budinya :
* 1 Korintus 14:15
Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan 'AKAL BUDIKU'; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan 'AKAL BUDIKU'.
Kalau sekedar telan semua omongan Pendeta di mimbar yang 'monolog' itu, membaca Alkitab tanpa mengkaji, tanpa akal budi, seseorang bisa dengan mudah masuk ke 'Irrational Faith'.
* Yesaya 1:18 LAI TB, Marilah, baiklah kita beperkara (YAKAKH)! -- firman TUHAN -- Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.
KJV, Come now, and let us reason together, saith the LORD: though your sins be as scarlet, they shall be as white as snow; though they be red like crimson, they shall be as wool.
Hebrew,
לְכוּ־נָא וְנִוָּכְחָה יֹאמַר יְהוָה אִם־יִהְיוּ חֲטָאֵיכֶם כַּשָּׁנִים כַּשֶּׁלֶג יַלְבִּינוּ אִם־יַאְדִּימוּ כַתֹּולָע כַּצֶּמֶר יִהְיוּ׃Translit, LEKHU-NA VENIVAKHKHAH YOMAR YEHOVAH (baca ADONAY) 'IM-YIH'YU KHATAEIKHEM KASYANIM KASYELEG YALBINU IM-YADIMU KHATOLA KATSEMER YIH'YU
יכח - YAKAKH, Leksikon Ibrani :
to prove, decide, judge, rebuke, reprove, correct, be right,..., to argue
"Marilah, baiklah kita beperkara!", sebuah istilah lain dalam pengadilan "marilah kita saling menuntut" sebagai penggugat dan tergugat. --> MARI KITA BERDEBAT
Dalam perkara ini Allah meski menunjuk dosa-dosa Israel, Ia tidak langsung "ketok palu" pokoknya kamu berdosa titik! Tapi sebaliknya Ia mempersilahkan umat beperkara denganNya, sehingga keluar statement : "-- Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba". Pada ayat-ayat selanjutnya Allah menuntut respons mereka terhadap tawaran anugerah pengampunan, yaitu jika mereka mau meninggalkan kejahatan mereka.
Meski Allah bisa melakukan kehedakNya secara absolut, tapi Allah tidak "memprogram" Yesaya "eh loe musti ngomong gini yah!, dan jangan tanya kenapa". Sebaliknya seperti dua orang yang bercakap-cakap secara "equal", Allah berkata kepada Yesaya "Marilah, baiklah kita beperkara!", (Ibrani VENIVAKHKHAH, harfiah : kita saling mengkoreksi). Emangnya Yesaya yang juga manusia itu siapa, sampai bisa punya pekara/ saling tuntut/ saling mengoreksi dengan TUHAN Allah?.
Asyik, kan....
Allah mempersilahkan manusia menggunakan "akal-budinya" dengan berpekara dengan Dia, untuk menelaah apa yang Allah mau.
Thomas Aquinas :
"Intellectus quarens fidem (Akal meneliti isi iman)".
Alkitab tidak melarang orang menggunakan akal budi, kita lihat Rasul Paulus sendiri menggunakan akal budinya :
* 1 Korintus 14:15
Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan 'AKAL BUDIKU'; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan 'AKAL BUDIKU'.
Kalau sekedar telan semua omongan Pendeta di mimbar yang 'monolog' itu, membaca Alkitab tanpa mengkaji, tanpa akal budi, seseorang bisa dengan mudah masuk ke 'Irrational Faith'.
TUHAN Allah memperlakukan manusia yang punya free-will, punya akal, punya hati nurani untuk menelaah apa yang diinginkan Allah, termasuk memperkarakan FirmanNya (Alkitab). Bukan semata-mata untuk menjadi bahan perdebatan supaya bisa saling menyalahkan dan merasa diri paling benar, tapi lebih kepada pembekalan diri supaya bisa berjalan dalam track iman yang benar.
WAW,,,,,,,,,,, I LOVE IT......!!!!!!!!!!!!!!
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusbagus
BalasHapus@Reno: TQ so much for ur apreciated, Gbu :)
BalasHapus@Lucky Signal: TQ so much brother....Gbu :)@
BalasHapusHarus dibaca ^___% terima kasih Ibu DOA menyertai setiap pelayanan, God Bless and Miss you
BalasHapus