Rabu, 21 September 2011

"Kemunafikan" Komodity Globalisasi

 

"Ironi Balada Kehidupan"

Diri dalam kata.......
Mengapa topeng-topeng kemunafikan...
Senantiasa menghiasi wajah-wajah semu....???
Benarlah kiranya.....gundah hati ini...!!!
Bahwa ibadah ini teramat rahasia......
Antara insan dan Allah saja yang tau....
Bukan dilhat dari kacamata fana dan sekedar persepsi......
Hanya semata dari sejatinya Penglihatan.....
Oh Malangnya dirimu.......!!!
 

Kenapa manusia harus  saling membohongi & mempecundangi sesama.....???
Apakah manusia tlah kehilangan jati diri sesungguhnya sebagai mahkluk yang paling mulia...???
Ataukah karena begitu kejamnya jaman,sehingga semua harus mengenakan topeng....???

Sebab jika kita memakainya sekadar untuk menjaga kredibilitas kita, orang akan merasa ditipu dan dikhianati. Tidak jauh beda dengan ciuman Yudas!

"DUNIA BANYAK MENAWARKAN TOPENG KEMUNAFIKAN"


Kemunafikan yang disengaja
Hati kita adalah alat uji yang paling akurat, untuk menguji kemurnian atau kemunafikan kita. Sebab hanya kita sendiri dan Tuhanlah yang paling tahu motivasi sesungguhnya pada perbuatan dan perkataan kita. Seorang anak kecil yang bertumbuh jadi remaja, bisa lihai berbohong dan mengejek teman-temannya. Sehingga dia dikeluarkan dari sekolahnya karena perkataan dan perbuatannya yang licik banyak merugikan teman–temannya. Sampai pada saat dikonseling dan dikeluarkan pula, anak ini tetap menunjukkan sikap yang tidak bersalah. Seolah dia tidak paham dengan akibat perbuatannya. Kesimpulan saya dengan kasus di atas, anak itu jelas menggunakan kehendak bebasnya untuk memilih kebiasaan buruknya ketimbang berubah. Ya, suatu kesengajaan yang dikehendaki. Kita pun bisa terjebak dengan situasi di atas. Dimana hati kita menjadi batu, mengeras, membeku. Kita memilih untuk tidak berubah, itulah suatu kesengajaan.

Kemunafikan adalah suatu pilihan hati yang didasari motivasi yang tidak murni untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan. Mayoritas kemunafikan terjadi dengan unsur kesengajaan. Bahkan telah direncanakan, diskenario, dan dilatih. Sehingga tanpa sadar akhirnya kita terbiasa munafik, tanpa rasa bersalah sedikit pun.

Memakai Topeng Tiap Hari
Menurut survei motivationalliving.com, tidak kurang dari 86% kepribadian seseorang, cenderung memakai topeng-topeng kehidupan. Ada topeng tertawa, menangis, marah, empati, prihatin, dan seribu topeng ekspresi yang lain. Bahkan pernah ada buku psikologi dengan judul Seribu Wajah. Seorang psikopat yang sanggup memainkan peran memakai topeng banyak sekali. Tiap hari kita bisa memakai topeng kita, guna memenuhi tuntutan-tuntutan kehidupan di sekeliling kita. Berganti-ganti tiada henti. Tiap kali berubah situasi, topeng kita dicopot dan diganti pula. Sehingga akhirnya, kita sendiri pun menjadi ragu dan bingung menemukan jati diri kita sesungguhnya. Sampai pula dibutuhkan pertolongan psikiatri atau psikolog untuk menolong penemuan jati diri kita sesungguhnya.

Memakai Topeng dengan Bijak
Istilah memakai topeng atau masking sebenarnya tidaklah sepenuhnya salah. Karena sikap kita yang ditunjukkan sewaktu di depan orang lain, untuk meresponi sebuah situasi, suasana agar kondusif. Hal itu bisa disebut personality atau kepribadian. Yang menjadi masalah adalah motivasi apa yang mendorong hati kita sewaktu memakai topeng tersebut? Apakah kita ingin berbohong atau menutupi sesuatu? Dengan tujuan yang buruk atau baik, kitalah yang paling mengetahui. Tetapi jika seseorang telah mampu menjaga kemurnian hatinya, walau dia sengaja memakai topeng tertentu, maka tandanya adalah orang lain yang merasakan dan menilai kita, apakah kita munafik atau tulus hati. Seseorang dengan tetap menunjukkan keramahannya, walau dia dicaci maki, maka orang tersebut telah memakai topengnya dengan bijaksana. Sekali lagi motivasi hati kitalah yang menentukan sebuah kemunafikan dan kemurnian.

Menjadi Apa Adanya tanpa Kenaifan
Tulus seperti merpati, cerdik seperti ular. Mungkin itulah sikap yang perlu kita kembangkan. Bagi saya pribadi, menjadi diri saya sendiri adalah saat yang paling menyenangkan dan membahagiakan. Sesekali saya menggunakan topeng kehidupan saya, guna mendinginkan suasana, mengamankan situasi, membangun tim, meredakan emosi orang lain. Dan masih banyak manfaat lain, yang bisa kita berikan jikalau motivasi hati kita benar, guna membangun dan menjadi berkat bagi orang-orang di sekeliling kita. Ayo, kita menjadi bahagia dengan menanggalkan topeng kemunafikan, berganti dengan apa adanya disertai hikmat dan kemurnian hati. Selamat menjadi diri sendiri teman....!!!

Sajak : "Dirimu Bukanlah Dirimu"

Dia yang termenung dan termangu
Seakan-akan tersedot kedalam lubang hitam dalam pikirannya yang nyaris beku
Perangai itu masih disana
Perangai yang menghubungkan antara hati dan logika
Sebuah antagonistik yang masih menjelajahi kelimbungan
Dan masih bermain dengan kesetiaan
Atau mungkinkah ini adalah sebuah penghianatan?
Persetan dengan etika!
Bibir berkata, hati berkelana, dan Otak menyimpang entah kemana
Semua begitu kontradiksi
Tidak ada kejelasan
Tidak ada keselarasan
Dan sesosok individu hilang dari kriteria tegas atas sebuah karakteristik
Dia hanyalah maya atas dirinya…
Dia hanyalah abu-abu…
Dia hanyalah remang…
Dia tidak cukup nyata untuk menjadi nyata....???

Jadi teringat lagunya Peter Pan :
"Tapi buka dulu topengmu....Buka dulu topengmu.....!!!
Kan ku lihat wajahmu.....Kan ku lihat wajahmu...."

1 komentar:

  1. Maaf, "sajak dirimu bukan dirimu" adalah asli Karya saya, mohon untuk menyertakan sumber asli dan penulis asli dari puisi ini dan maaf, judulnya jangan diganti2, karena judul aslinya adalah "Ironi dari Sebuah Kemunafikan" silahkan kapan2 mampir ke blog saya. Ini adalah link untuk sumber asli dari puisi saya diatas


    http://mizzy-sebuahperananjiwa.blogspot.com/2009/05/ironi-dari-sebuah-kemunafikan.html?showComment=1419579108523#c7797838253130912290

    Thanks. Saya tidak sengaja menemukan artikel anda.

    BalasHapus